Harga minyak mentah global cenderung naik. Salah satu pemicunya adalah konflik di Timur Tengah. Lalu, bagaimana dampaknya ke harga BBM Indonesia?
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji menerangkan, persoalan di Timur Tengah membuat sistem logistik terganggu. Hal itu membuat harga minyak naik turun.
"Ini tergantung permasalahan di Timur Tengah. Jadi kan itu membuat sistem logistiknya jadi terganggu. Jadi kalau saya lihat amati itu naik turun naik turun tapi, kecenderungannya naik. Secara kasar itu kecenderungannya naik dari tren yang ada, walaupun gini naik turun naik turun tapi kecenderungannya naik," terangnya di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Senin (12/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, dia mengatakan, pemerintah tidak berencana untuk mengubah harga Pertalite atau jenis BBM khusus penugasan (JBKP). "Nggak, itu kan untuk JBKP nggak. Pemerintah nggak ada pemikiran ke sana," katanya.
Lebih lanjut, dia juga menjelaskan, salah satu faktor yang mempengaruhi harga minyak adalah permintaan dari China. Di sisi lain, harga minyak dunia juga dipengaruhi oleh tiga negara besar pemasok minyak yakni Amerika Serikat (AS), Rusia dan Arab Saudi.
"Tiga itu yang sekarang kan, walau ada OPEC tapi 3 besar itu yang menentukan sekali harga minyak, jadi kalau gas ya tentunya ada Qatar, ada Amerika juga. Jadi petanya agak sulit terprediksi karena masalah dinamika itu tapi kalau saya lihat naik turun tapi cenderung ke naik kalau di-average," terangnya.
Di tanya tren harga BBM non subsidi, Tutuka mengatakan, harga BBM tersebut trennya cenderung naik. "Ya itu tadi. Kalau non subsidi kan kalau secara agak lama bisa naik tapi kalau harian gitu bisa naik turun naik turun gitu. Tren keseluruhan naik," ungkapnya.
Dikutip dari Reuters, harga minyak berjangka Brent turun 29 sen atau 0,4% menjadi US$ 81,90 per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate turun 28 sen atau 0,4% menjadi US$ 76,56 per barel. Risiko geopolitik termasuk kekhawatiran akan meluasnya konflik Israel-Palestina telah mendorong harga minyak naik sekitar 6% pada pekan lalu.
(acd/ara)