"Blok Tuna juga masih banyak tapi belum ada yang serius mau sampai tanda tangan kontrak sampai komersialisasi. Kalau buka data room sudah tapi belum ada yang serius, belum ada yang serius betul masuk komersialisasi, masih proses," katanya di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Senin (12/2/2024).
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto pernah mengatakan, calon pengganti perusahaan Rusia, Zarubezhneft di Blok Tuna sudah mengerucut. Dari sekian banyak perusahaan, tersisa lima perusahaan.
Sebagaimana diketahui, Zarubezhneft akan melepas hak partisipasinya di Blok Tuna imbas sanksi negara barat ke Rusia.
"Masih sedang proses, ada beberapa data room sekarang kalau nggak salah dari sekian banyak sekarang tinggal lima," katanya di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Kamis (12/10/2023).
Namun demikian, Dwi mengaku tidak hafal perusahaan-perusahaan tersebut. "Saya nggak hafal," katanya.
Wakil Ketua SKK Migas Nanang Abdul Manaf menjelaskan, sanksi barat ke Rusia tersebut membuat Zarubezhneft mundur dari proyek tersebut. Jika tidak, maka proyek ini tidak akan jalan.
"Perusahaan-perusahaan yang berasal dari negara barat dari Eropa UK, US, itu melakukan sanksi terhadap Rusia. Jadi mohon maaf apapun yang terjadi transaksi tidak dibolehkan sama sekali apalagi berpartner," terangnya di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (23/8). (acd/ara)