Lebih Murah dari BBM, Bahan Bakar Hidrogen Cuma Rp 276/Km

Lebih Murah dari BBM, Bahan Bakar Hidrogen Cuma Rp 276/Km

Samuel Gading - detikFinance
Rabu, 21 Feb 2024 10:32 WIB
SPBU Hidrogen Hijau Pertama di RI
SPBU Hidrogen Hijau Pertama di RI (Foto: Samuel Gading/detik.com)
Jakarta -

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) hari ini meresmikan Hydrogen Refueling Station (HRS) atau Stasiun Pengisian Hidrogen pertamanya. HRS ini diharapkan bisa menjadi alternatif pengisian bahan bakar yang lebih baik.

Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo, mengatakan bahan bakar hidrogen juga kalau dihitung-hitung lebih murah dibandingkan bahan bakar minyak (BBM). Hal ini adalah pertanda transisi energi hijau untuk sektor BBM sangat potensial untuk dilakukan di Indonesia.

"Nah pertanyaannya berapa biaya menggunakan hydrogen? kalau menggunakan hydrogen refueling station (HRS) yang ada di sini, biayanya hanya sekitar Rp 276 saja per-km," ucap Darmawan dalam agenda peresmian SPBU Hidrogen PLN Indonesia Power, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (21/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Darmawan lantas mengungkap harga bahan bakar hidrogen lebih murah dibanding BBM. Sebab, berdasarkan kajian PLN, masyarakat perlu merogok kocek sebanyak Rp 1.300 per km jika menggunakan BBM.

"Ini jauh lebih murah yaitu hanya sekitar Rp 270 sekian per km atau Rp 300 saja per km. Dan kalau BBM 1 liter bensin emisi CO2-nya adalah 2,4 kg. Jadi untuk 1 km adalah sekitar 2,4 sekitar 240 gram. Kalau ini emisinya sudah 0 karena menggunakan green hydrogen," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

"Dan pengurangan konsumsi BBM-nya adalah 1,59 juta liter per tahun. Luar biasa ini bagi kita semua," sambungnya.

Di sisi lain, Darmawan mengatakan sebagian besar BBM berasal dari luar negeri, adapun bahan bakar hidrogen berasal dari sisa uap air yang sebelumnya digunakan untuk mendinginkan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Saat ini, PLN memiliki kapasitasuntuk memproduksi 128 ton hidrogen per tahun yang cukup memenuhi kebutuhan sebanyak 438 mobil bertenaga hidrogen per tahun.

"Jadi saya summary-nya adalah energi impor bergeser menjadi energi domestik. Energi mahal menjadi murah. Energi dengan emisi gas rumah kaca tinggi menjadi emisi gas rumah kaca yang sangat rendah. Alangkah indahnya bagaimana transisi energi, transisi juga transportasi yang tadinya berbasis pada fossil fuel menjadi renewable energy yang jauh lebih murah. Ini bisa terjadi dengan adanya pilot project (HRS) ini," pungkasnya.

Simak juga Video: Timbun 600 Liter BBM Bersubsidi, 3 Pria di Indramayu Ditangkap Polisi

[Gambas:Video 20detik]




(das/das)

Hide Ads