Potensi Penyimpanan Karbon RI 600 Gigaton, Banyak Investor yang Kepincut

Potensi Penyimpanan Karbon RI 600 Gigaton, Banyak Investor yang Kepincut

Samuel Gading - detikFinance
Jumat, 01 Mar 2024 11:31 WIB
Juru Bicara Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Jodi Mahardi.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenkomarves, Jodi Mahardi/Foto: dok. Istimewa
Jakarta -

Indonesia berpeluang jadi pemain besar dalam industri Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization Storage (CCUS) lintas negara (crossborder) karena potensi penyimpanan karbon mencapai 600 gigaton. Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves), sejumlah investor luar negeri sudah tertarik dengan CCS di Indonesia.

"Berdasarkan studi Lemigas mencapai sekitar 600 Gigaton, kita bayangkan saja, untuk emisi Indonesia per tahun tidak sampai 1 juta gigaton. Berarti kita bisa menyimpan banyak sekali karbon, makanya kita buka peluang membuka CCS crossborder. Apalagi sudah peraturan presidennya," ucap Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenkomarves, Jodi Mahardi, di Kantor Kemenkomarves, Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (1/3/2024).

Jodi kemudian menjelaskan bahwa sejumlah wilayah yang potensial untuk mengembangkan CCS/CCUS sudah didata oleh Kemenkomarves. Sebanyak dua di antaranya, adalah CCS Hub Sunda-Asri yang terletak di Sumatera Selatan dan Ciegon Banten, serta Tangguh LNG.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan, CCS Hub Sunda-Asri akan dikembangkan oleh Pertamina bersama salah satu perusahaan minyak dan gas terbesar di dunia yakni Exxonmobil. Adapun Tangguh LNG, yang merupakan CCUS, bakal dikembangkan oleh BP Global.

"Kemaren juga saya melakukan penandatanganan MoU dengan Exxon, mereka akan melakukan investasi advance petrochemical untuk memproduksi advanced plastic itu mereka sedang mencari lokasi di daerah sekitar Cilegon, berdekatan dengan site CCS mereka di Sunda Asri," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, Jodi menjelaskan sejumlah negara seperti Malaysia, Singapura, Jepang, dan Korea juga menjadi pasar potensial. Sebab, berbagai negara tersebut sudah mempunyai kebijakan 'carrot and sticks' alias reward and punishment dalam mengimplementasikan pajak karbon. Oleh sebab itu, ia mengatakan berbagai negara itu saat ini sedang mencari peluang melakukan CCS/CCUS crossborder.

"Jadi itu adalah potensi besar bagi Indonesia terkait langsung mungkin dari sisi CCS. Namun juga dari industri yang akan terbuka, industri-industri low carbon yg akan masuk ke Indonesia karena mereka ingin berdekatan dengan lokasi yang bisa dilakukan CCS. Karena ke depan produk-produk low carbon mendapatkan harga premium di pasar global dengan tren yang terjadi saat ini. Eropa juga seperti yang kita ketahui akan menerapkan kebijakan untuk melarang produk yang tidak low carbon. Nah ini membuka kesempatan industri masuk ke Indonesia dengan adanya CCS," terangnya.

Selain Exxxonmobil dan BP Global, Jodi mengungkap, Kemenkomarves sudah mempunyai daftar panjang negara dan perusahaan yang berminat berinvestasi CCS/CCUS di Indonesia. Berbagai pihak itu disebut ingin melakukan studi di Indonesia terlebih dahulu.

Meskipun demikian ketika dikonfirmasi, Jodi enggan mengungkap jumlah maupun nama-nama perusahaan dan negara yang berminat tersebut.

"Oh sudah banyak (yang berminat). Udah long list of companies. Yang interest ke kami dan kementerian lainnya sudah banyak, (mereka) menyatakan mau melakukan studi di Indonesia dan melakukan investasi di CCS," pungkasnya.

(ara/ara)

Hide Ads