Laba Raksasa Migas Aramco Anjlok Rp 619 Triliun, Ada Apa?

Laba Raksasa Migas Aramco Anjlok Rp 619 Triliun, Ada Apa?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Minggu, 10 Mar 2024 21:30 WIB
Ilustrasi sektor migas
Ilustrasi migas - Foto: Ilustrasi Migas (Fauzan Kamil/Infografis detikcom)
Jakarta -

Perusahaan minyak dan gas raksasa asal Arab Saudi Aramco melaporkan penurunan laba hingga 25% pada periode 2023. Dikutip dari CNBC disebutkan laba Aramco tercatat US$ 121,3 miliar atau setara dengan Rp 1.889 triliun (asumsi kurs Rp 15.575).

Padahal pada 2022, laba Aramco berhasil menyentuh US$ 161,1 miliar atau sekitar Rp 2.500 triliun. Ini artinya, keuntungan Aramco anjlok US$ 39,8 miliar atau sekitar Rp 619,85 triliun.

Meski mengalami penurunan, angka tersebut masih menjadi rekor laba bersih tertinggi kedua bagi Aramco, jauh melampaui profitabilitas perusahaan-perusahaan sejenis di dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penurunan laba dari tahun ke tahun disebabkan oleh rendahnya harga minyak mentah dan volume penjualan, serta berkurangnya margin penyulingan dan bahan kimia, yang sebagian diimbangi oleh penurunan royalti produksi sepanjang tahun dan lebih rendahnya pajak penghasilan dan zakat," kata Aramco dalam keterangannya, dilansir dari CNBC, Minggu (10/3/2024).

Meski keuntungan turun, Aramco meningkatkan pembayaran dividen kepada pemilik saham. Aramco menaikkan dividen dasar untuk kuartal keempat sebesar 4% menjadi US$ 20,3 miliar dan menaikkan dividen terkait kinerja sebesar 9% menjadi US$ 10,8 miliar.

ADVERTISEMENT

Totalnya, Aramco harus melakukan pembayaran sebesar US$ 31 miliar atau sekitar Rp 482 triliun untuk pemerintah Saudi dan pemegang saham.

Aramco sendiri mengonfirmasi akan menghentikan rencana untuk meningkatkan kapasitas produksi minyaknya dari 12 juta barel per hari menjadi 13 juta barel per hari. Ini adalah sebuah langkah yang diperkirakan akan mengurangi investasi modal sekitar US$ 40 miliar antara tahun 2024 dan 2028.

Perusahaan juga bertujuan untuk meningkatkan investasinya di usaha lain termasuk gas dan infrastruktur gas. Mereka mempunyai target untuk meningkatkan produksi gas lebih dari 60% pada tahun 2030, dibandingkan dengan tingkat pada tahun 2021. Investasi gas andalan mereka adalah proyek Jaffoura yang merupakan proyek gas terbesar di Timur Tengah dengan perkiraan 200 TCF gas alam.

(kil/kil)

Hide Ads