Konflik yang terjadi di Timur Tengah imbas serangan Iran ke Israel disebut bisa berdampak ke harga minyak dunia. Kalangan ekonom menilai hal itu bakal membuat harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi Indonesia membengkak, apalagi jika harga minyak mentah menyentuh angka US$ 100.
"Ketika harga minyak di atas US$ 100 per barel seperti yang terjadi pada 2022, kemungkinan besar akan diikuti penyesuaian harga minyak bersubsidi seperti Pertalite dan Solar untuk mencegah pembengkakan APBN," ucap Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, kepada detikcom, Selasa (16/4/2024).
Faisal kemudian menjelaskan, minyak mentah global berpotensi naik karena Iran merupakan salah satu negara produsen minyak mentah penting di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika konflik antara Israel-Iran dibiarkan berlarut dan semakin panas, menurutnya akan sulit bagi pemerintah yang akan datang untuk menjaga angka subsidi BBM. Hal ini karena pemerintah juga sudah mencanangkan dan menjanjikan berbagai program baru. Oleh sebab itu, ia menilai revisi harga BBM bersubsidi kemungkinan besar bakal terjadi.
Pendapat serupa diutarakan Direktur Eksekutif INDEF Esther Sri Astuti. Ia menilai bahwa konflik Iran vs Israel pasti berpengaruh terhadap kebijakan BBM bersubsidi, khususnya bagi BBM yang tidak bersubsidi.
Walhasil, Esther menilai tidak menutup kemungkinan harga BBM subsidi akan naik karena pemerintah bakal berupaya menjaga ruang fiskal dalam APBN.
"Kalau harga BBM subsidi mungkin akan dinaikkan jika fiscal space makin sempit mengingat program pemerintah tidak hanya subsidi BBM. Masih banyak program pemerintah yang harus dibiayai APBN," ujar dia.
(kil/kil)