ExxonMobil telah merampungkan proses akuisisi Pioneer Natural Resources senilai US$ 60 miliar atau Rp 960 triliun (kurs Rp 16.000) pada Jumat pekan lalu. Hal ini terjadi usai perusahaan menerima izin dari Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) untuk kesepakatan tersebut.
Pioneer merupakan produsen minyak terbesar ketiga setelah Chevron Corp dan Conoco Phillips di cekungan Permian yang terbentang dari Texas hingga New Mexico. Pembelian Pioneer oleh ExxonMobil adalah salah satu dari beberapa merger dan akuisisi besar di industri minyak dan gas dalam beberapa tahun terakhir.
"Kombinasi kedua perusahaan kami memberikan manfaat bagi ketahanan energi dan perekonomian, dan juga memajukan ambisi terhadap lingkungan seiring dengan tujuan Net Zero Pioneer pada tahun 2050 ke rencana tahun 2035," kata ExxonMobil Chairman and CEO Darren Wood dikutip dari laman resmi perusahaan, Rabu (8/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan catatan Forbes, ExxonMobil sebelumnya telah mengumumkan rencana merger dengan Pioneer sejak Oktober 2023 dengan nilai US$ 59,5 miliar atau US$ 253 per lembar saham.
Penggabungan ExxonMobil dan Pioneer menciptakan bisnis inkonvensional dengan potensi pengembangan keuntungan tinggi dan terbesar di cekungan Permian. Penggabungan ini menghasilkan lahan seluas lebih dari 1,4 juta hektare (ha) bersih di cekungan Delaware dan Midland yang diperkirakan memiliki sumber daya setara minyak 16 miliar barel.
Selain itu, volume produksi Permian ExxonMobil akan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 1,3 juta barel setara minyak per hari (MOEBD), berdasarkan volume 2023, dan diperkirakan meningkat menjadi 2 MOEBD pada 2027.
Penggabungan inventaris antara kedua pemain besar ini diharapkan dapat menghasilkan keuntungan dua digit dengan memulihkan lebih banyak sumber daya, lebih efisien, dan dengan dampak lingkungan yang jauh lebih rendah.
"Ini sangat cocok untuk portofolio Permian kami dan memberi kami peluang lebih besar untuk menerapkan teknologi, serta memberikan efisiensi operasional dan modal demi nilai pemegang saham jangka panjang," ujar Woods.
(shc/ara)