Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, mengungkap saat ini jumlah perusahaan calon pengganti perusahaan Rusia yakni Zarubezhneft di Blok Tuna mengerucut menjadi tiga nama. Ketiga perusahaan tersebut bakal beradu untuk bisa mengembangkan Blok Tuna.
"Dari tiga mungkin akan diadu mana yang lebih bisa memenangkan itu (Blok Tuna)," ungkap Dwi dalam agenda IPA Convention & Exhibition di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, Selasa (14/5/2024).
Ia kemudian membocorkan kisi-kisi asal perusahaan tersebut. Ada yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Kendati demikian, ia enggan menjelaskan secara spesifik rinciannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang jelas, kata Dwi, mayoritas hasil migas di Blok Tuna masuk ke Vietnam. Letak wilayah kerja (WK) tersebut pun terhitung strategis karena berada di perbatasan Indonesia-Malaysia.
"Jadi perusahaan-perusahaan asalnya dari negara-negara yang cukup punya interest terhadap posisi (blok) Tuna itu. Itu kira-kira, ya," bebernya.
Sebelumnya berdasarkan catatan detikcom, Zarubezhneft diketahui akan melepas hak partisipasinya di Blok Tuna imbas sanksi negara barat ke Rusia. Wakil Ketua SKK Migas Nanang Abdul Manaf menjelaskan, sanksi barat ke Rusia tersebut membuat Zarubezhneft mundur dari proyek tersebut. Jika tidak, maka proyek ini tidak akan jalan.
"Perusahaan-perusahaan yang berasal dari negara barat dari Eropa UK, US, itu melakukan sanksi terhadap Rusia. Jadi mohon maaf apapun yang terjadi transaksi tidak dibolehkan sama sekali apalagi berpartner," terangnya di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (23/8)
(rrd/rir)