Melansir dari BBC News, Jumat (21/6/2024) pemadaman listrik yang terjadi beberapa jam itu menyebabkan sistem kereta bawah tanah dan lampu lalu lintas berhenti berfungsi.
Selain itu, insiden tersebut juga memicu protes dari masyarakat. Pasalnya, mereka tidak menerima peringatan ataupun pemberitahuan terkait pemadaman massal.
Menteri Energi Roberto Luque menyebut pemadaman nasional itu terjadi akibat kurangnya investasi pada sistem kelistrikan.
Dalam unggahan di akun X-nya, ia mengatakan pemadaman besar-besaran itu menjadi bukti lain dari krisis energi yang sedang dihadapi negara tersebut.
"Selama bertahun-tahun kami telah berhenti berinvestasi pada sistem ini dan saat ini kami merasakan konsekuensinya," tulisnya.
Menurutnya, dengan investasi dan pemeliharaan jalur transmisi yang tepat, seharusnya insiden tersebut tidak terjadi.
Luque bilang pada pukul 19.00 waktu setempat 95% listrik di negara itu telah pulih dan seluruh layanan kembali normal sebelum tengah malam.
Sementara itu, Walikota Quito, Pabel Muñoz menilai insiden tersebut sebagai salah satu insiden besar yang pernah terjadi. Kereta bawah tanah ibu kota baru saja diresmikan juga berhenti beroperasi. Padahal, transportasi tersebut mempunyai cadangan listrik yang independen.
Sebelumnya, Ekuador juga pernah mengalami hal serupa pada bulan April lalu. Pemerintah terpaksa melakukan pemadaman listrik terencana di tengah kekeringan yang parah. Imbasnya, kota-kota besar kehilangan aliran listrik selama berjam-jam. (rrd/rir)