Pipa Gas Dumai-Sei Mangke Mesti Dibangun, Ini Alasannya

Pipa Gas Dumai-Sei Mangke Mesti Dibangun, Ini Alasannya

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Jumat, 21 Jun 2024 19:30 WIB
Pipe systems and shut-off devices at the gas receiving station of the Nord Stream 2 in Lubmin, Germany, Wednesday, Sept.28, 2022. Baltic Sea pipeline and the transfer station of the Eugal gas pipeline (foreground -European Gas Link. (Stefan Sauer/dpa via AP)
Foto: Stefan Sauer/dpa via AP
Jakarta -

Pipa gas Dumai ke Sei Mangke (Dusem) akan dibangun. Pipa sepanjang 555 km ini akan dibangun dengan sumber pendanaan dari APBN dengan total investasi Rp 7,8 triliun.

Terkait urgensi pembangunan pipa transmisi Dusem, Koordinator Perencanaan Infrastruktur Migas ESDM Sugiarto, mengatakan, akan menjadi kunci integrasi pipa gas sepanjang Sumatera dan integrasi Sumatera-Jawa (dengan dibangunnya Cisem Tahap II), serta dapat menyalurkan potensi gas bumi dari WK Andaman Aceh untuk dimanfaatkan di wilayah Sumatera dan Jawa.

"Pembangunan Dusem ini sangat-sangat penting dan juga ada urgensi kenapa harus segera dibangun, pemerintah turun untuk melaksanakan proyek tersebut karena menjadi kunci integrasi pipa gas dari Sumatera sampai Jawa," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (21/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, ia mengatakan, manfaat dari pembangunan pipa transmisi Dusem ialah untuk mendukung harga gas yang lebih terjangkau, mengurangi subsidi LPG 3 kg sebesar Rp 420 miliar per tahun, penghematan biaya Rp 107 miliar per tahun, penghematan devisa Rp 720 miliar per tahun, hingga potensi penerimaan negara sebesar Rp 1,89 triliun per tahun dari hulu migas serta Rp 12 miliar per tahun dari iuran BPH Migas.

Sugiarto menuturkan, strategi pendekatan penyediaan infrastruktur gas bumi Indonesia terbagi menjadi Indonesia Barat dan Timur, di mana pada Indonesia bagian Barat mengandalkan konektivitas gas pipa dan Indonesia bagian Timur melalui virtual pipeline yakni menggunakan moda transportasi LNG berbasis kapal. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan faktor geografis dan kebutuhan antara wilayah Barat dan Timur.

ADVERTISEMENT

"Tahun kemarin kami berhasil menyelesaikan pipa Cisem tahap I, tahun ini kami lanjutkan ke Cisem tahap II. Untuk Dusem direncanakan akan mulai konstruksi tahun depan sehingga diharapkan interkoneksi pipa transmisi dari Aceh dan Jawa Timur bisa segera direalisasikan," kata Sugiarto.

Di sisi lain, SKK Migas mendorong produsen gas bumi atau Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk tidak menunda-nunda proyek yang akan dijalankan. Pasalnya, potensi kebutuhan gas bumi di tanah air cukup besar. Apalagi pemerintah juga terus mendorong pembangunan infrastruktur agar suplai gas bumi yang ada dapat didistribusikan dengan baik.

Kepala Divisi Komersialisasi Minyak dan Gas Bumi SKK Migas Rayendra Sidik, mengatakan saat ini terdapat wacana bahwa Indonesia memiliki pipa gas dari Aceh hingga ujung Jawa, yang sebagian diantaranya sudah terbangun. "Tapi ada beberapa ruas yang belum tersambung, yakni pipa ruas Cisem 2, Dumai-Sei Mangke, dan Natuna-Pulau Batam," kata Rayendra.

Rayendra mengatakan kebutuhan gas bumi terbesar berada di Pulau Jawa. Hanya saja, produksi gas bumi nasional tidak hanya di Pulau Jawa, sehingga inilah tantangan yang harus dipenuhi untuk membawa gas bumi ke pusat permintaan yang ada.

"Demand pupuk terbesar di Jawa Barat, Pupuk Kujang di Cikampek, kelistrikan ada PLTGU Jawa I dan sektor industri," kata dia.

Menurut Rayendra, kebutuhan gas di Jawa Barat tidak hanya dipenuhi dari Jawa Barat, namun juga dari luar, khususnya Sumatera. Selain dipasok dari luar, yakni dengan gas alam cair (LNG) yang digunakan PLN, sebagian lainnya dipasok melalui pipa milik PT Pertamina Gas Negara Tbk. "Tapi masih ada demand yang belum terpenuhi. Untuk itu, ada peluang gas dari Jawa Timur dibawa ke Jawa Barat," kata dia.

Gas ini yang nantinya akan didistribusikan melalui pipa Cirebon-Semarang (Cisem). Saat ini, pipa yang sudah terbangun adalah pipa eksisting dari Pulau Kangean, Gresik-Semarang, dan Cisem tahap I. Sementara, Cisem tahap II direncanakan mulai dibangun tahun ini dan bisa dioperasikan pada akhir 2025.

Rayendra mengungkapkan gas bumi yang akan dibawa ke Jawa Barat merupakan produksi dari Jawa Timur yang belum optimal pemanfaatannya. Bahkan, untuk rencana jangka panjang, ada proyek-proyek yang tengah digarap KKKS dapat mengisi kebutuhan gas bumi, baik di Jawa Timur maupun Jawa Barat.

"Produsen gas Jawa Timur dan Jawa Tengah, beberapa pun gas yang diproduksikan, pasar siap menampung. Dengan pipa yang ada, gas bisa disalurkan ke Jawa Barat," kata dia.

Rayendra menambahkan setelah kebutuhan gas di Jawa Barat bisa terpenuhi, maka pasokan gas dari Sumatera bisa mulai dikurangi. Gas tersebut dapat dialokasikan ke Batam, yang kebutuhannya juga tinggi. "Pesan kami kepada produsen gas, demand sangat terbuka. Jangan menunggu lagi. Produksi sebanyak-sebanyak, 'jalan tol'-nya sudah kita siapkan," kata dia.

(acd/fdl)

Hide Ads