Harita Buka Suara soal Bisnis Nikel Usai 2 Raksasa Eropa Hengkang dari RI

Harita Buka Suara soal Bisnis Nikel Usai 2 Raksasa Eropa Hengkang dari RI

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 27 Jun 2024 16:00 WIB
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) Harita Nickel menetapkan pembagian dividen tunai sebesar Rp 1,6 triliun. Dividen tersebut merupakan 30% dari laba bersih tahun 2023.
Harita Nickel/Foto: Achmad Dwi Afriyadi/detikcom
Jakarta -

PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel buka suara mengenai kondisi pasar nikel usai dua perusahaan raksasa Eropa membatalkan rencana investasi pemurnian nikel pada Proyek Sonic Bay di Maluku Utara. Dua perusahaan itu yakni BASF dari Jerman dan Eramet dari Prancis.

Direktur Utama Harita Nickel, Roy Arman Arfandy awalnya mengatakan bahwa dirinya tak memiliki kapasitas untuk berkomentar mengenai mundurnya kedua perusahaan Eropa tersebut. Namun, dia mengatakan, pendapat jika nikel tak menarik dan ada kelebihan pasokan atau over supply sebagian ada benarnya.

Dia bilang, pasokan nikel dunia mengalami kelebihan karena adanya peningkatan jumlah produksi yang dihasilkan oleh Indonesia. Namun, setelah beberapa kali bertemu dengan analis dan beberapa perusahaan sekuritas dari luar negeri, ia menyebut jika kondisi saat ini tidak terlalu buruk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setelah beberapa kali ketemu beberapa analis, dan beberapa perusahaan-perusahaan sekuritas dari luar negeri, mereka melihat bahwa kondisi ini sebenarnya tidak jelek-jelek banget," katanya dalam Public Expose di Jakarta, Kamis (27/6/2024).

Dia menerangkan, China yang mengalami kelebihan pasokan, tidak sebanyak yang diperkirakan sebelumnya. Kemudian, penggunaan feronikel terbesar dari Indonesia untuk stainless steel.

"Dan ternyata growth atau pertumbuhan industri stainless steel tahun lalu di China itu mencapai 8% ini jauh lebih tinggi dari estimasi analis-analis di market sebenarnya," katanya.

ADVERTISEMENT

"Jadi sebenarnya masih ada prospek. Bahwa over supply akan menurun, dan kemudian kita lihat pemerintah China melakukan banyak inisiatif untuk mendorong kembali ekonominya termasuk bagaimana meningkatkan insentif untuk proyek-proyek properti yang ada di China. Dan ini tentunya akan mengkonsumsi produk-produk turunan baja seperti stainless steel, apabila proyek-proyek properti di China akan bertumbuh lagi," paparnya.

Dia mengatakan, baterai untuk kendaraan listrik diperkirakan masih tumbuh, namun tidak setinggi yang diestimasi pemain nikel. Dia mengatakan, permintaan terhadap baterai mobil listrik tetap tumbuh sekitar double digit tiap tahun. Memang, diakuinya, ekspektasi pasar untuk pertumbuhan baterai dan mobil listrik dunia tinggi.

"Tapi kita lihat pertumbuhannya tetap double digit tapi tidak setinggi yang diharapkan oleh market," ungkapnya.

Patut diketahui, BASF dan Eramet rencananya mengembangkan Sonic Bay senilai US$ 2,6 miliar di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara. Proyek ini berupa pembangunan pabrik pemurnian nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) yang menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitates (MHP).

Keputusan kedua perusahaan untuk tidak meneruskan rencana investasi dengan pertimbangan perubahan kondisi pasar nikel yang signifikan, khususnya pilihan nikel yang menjadi suplai bahan baku baterai kendaraan listrik.

(acd/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads