Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong kerja sama dalam pengembangan industri otomotif, salah satunya pengembangan bahan bakar nabati (BBN) jenis bioetanol. Pengembangan bahan bakar ini bekerja sama dengan Kementerian Ekonomi dan Industri Jepang (METI)
Plt. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan kerja sama itu bertujuan untuk mencapai netralitas karbon di industri otomotif. Dia menyebut METI Jepang telah menjadi partner strategis.
"Sebagai salah satu leader dalam industri otomotif di dunia, Jepang merupakan mitra utama dalam komitmen Indonesia terhadap pengembangan sektor otomotif, terutama dalam mencapai netralitas karbon," kata Putu dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (1/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Putu juga menyampaikan komitmen Indonesia dalam penurunan emisi karbon. Indonesia berkomitmen pada multiple pathways approach dalam mengurangi emisi, yang mencakup promosi kendaraan elektrifikasi (EV) termasuk Hybrid Electric Vehicle (HEV), Plug-In Hybrid Electric Vehicle (PHEV), dan Battery Electric Vehicle (BEV) serta Fuel-Cell. Kemudian ada pengembangan kendaraan flexible-fuel yang adaptif menggunakan bahan bakar nabati/BBN (biofuel) ataupun gas, serta peningkatan efisiensi bahan bakar.
Sementara itu, Direktur Jenderal Sekretariat Menteri Kebijakan Perdagangan (Biro Industri Manufaktur), METI Jepang, Mr. Tanaka Kazushige menyampaikan saat ini telah terjalin kerja sama antara Jepang dengan negara-negara ASEAN termasuk Indonesia dalam penurunan emisi dan penguatan ekspor otomotif.
"Kunci dari hal tersebut adalah adanya co-creation," ujarnya.
Tanaka menjelaskan untuk mencapai penurunan emisi diperlukan pendekatan lain. Salah satunya, melakukan penerapan bahan bakar biofuel.
"Biofuel juga menjadi perhatian yang besar bagi Jepang, dan beberapa perusahaan di Jepang juga mempunyai teknologi ini," terangnya.
Di sisi lain, Indonesia mempunyai potensi bioetanol yang besar. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi mengatakan Indonesia memiliki resource yang cukup melimpah.
Eniya juga menyebutkan bahwa dalam upaya penurunan emisi sektor transportasi, tidak ada bisa hanya satu jalan untuk mengatasinya.
"Perlu multipath-ways termasuk biofuel, bioetanol, bio-aftur dan free-biofuel yang lain, termasuk hidrogen," katanya
Dalam pengembangan biofuel, Kementerian ESDM telah mengembangankan penelitian terkait bio-aftur. Bioavtur di sektor industri pesawat terbang sudah sukses dalam uji coba. Saat ini pihaknya tengah mengkaji bioavtur dapat diterapkan.
"Sekarang sedang dikaji tahun berapa dapat diterapkan. Kemudian saat ini sedang didiskusikan terkait roadmap-nya dengan Kemenko Marves dan Kemenperin," imbuhnya.
(rrd/rir)