Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyebut 4,7 juta dari 5,2 juta hektare (ha) lahan tambang masih tumpang tindih. Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Wahyu Utomo menyebut sejumlah penyebabnya.
Wahyu mengatakan, permasalahan lahan tersebut lantaran delineasi hingga tumpang tindih antar Izin Usaha Pertambangan (IUP).
"Ini juga merupakan hal yang meskipun luasnya sekitar 5,2 juta hektare, tapi ini 4,7 juta hektare ini masih ada yang bermasalah. Terutama mungkin karena delineasi, karena juga tumpah tindih antara IUP yang diberikan, antara satu IUP sama IUP lain," kata Wahyu dalam acara Dialog Forum Merdeka Barat yang disiarkan secara daring, Jakarta, Senin (5/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wahyu menjelaskan, tumpang tindih IUP terjadi lantaran perbedaan penggunaan skala. Pasalnya, dulu bisa saja menggunakan metode manual dalam memetakan lahan. Berbeda dengan sekarang yang sudah mulai terintegrasi secara digital.
Selain itu, kasus tumpang tindih lahan ini juga menyasar Hak Guna Usaha (HGU) di dalam kawasan hutan. Menurutnya, masyarakat belum mengetahui bahwa kegiatan usahanya dilakukan di kawasan hutan. Untuk itu, pihaknya menggandeng Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui program Perhutanan Sosial untuk mengatasi persoalan tersebut.
Kemudian, pihaknya tengah mencari solusi bagaimana menyelesaikan Peta Indikatif Tumpang Tindih antar IGT (PITTI) yang sudah diterbitkan kepada setiap provinsi.
"Jadi tugas masing-masing provinsi ini sudah tahu, di mana tumpang tindihnya, luasnya berapa dengan siapa itu sudah ada semua, jadi tinggal action-nya saja, maka pak Menko minta grand design-nya seperti apa," imbuhnya.
Dalam mengatasi kasus tumpah tindih lahan di atas, Wahyu menilai perlu membutuhkan waktu panjang. Setidaknya, pihaknya telah menganalisis permasalahan dan tinggal mencari jalan keluarnya.
"Jadi intinya sekarang permasalahan sudah kita ketahui. Tinggal what is your next action to finalize this issue. Itu saja. Jadi itu bisa menjadi target juga ya. Bukan cuma tahun ini, tapi untuk tahun-tahun berikutnya yang akan berjalan. Ini kan living process gitu ya. Nggak mungkin selesai semua di tahun ini," terangnya.
(ara/ara)