Hasil pemungutan suara dari referendum, masyarakat Kazakhstan telah memberikan suara mengenai rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama di negara itu.
Kemudian hasil yang keluar menunjukkan sebagian besar masyarakat mendukung gagasan yang dipromosikan oleh kabinet Presiden Kassym-Jomart Tokayev. Pembangunan PLTN itu sebagai cara untuk menghentikan PLT batu bara yang mencemari lingkungan.
Komisi Pemilihan Umum Pusat menyebut hampir 64% pemilih terdaftar memberikan suara mereka pada pukul 8 malam waktu setempat. Sementara Lembaga survei lokal SOCIS-A dari sekitar 284.000 pemilih menunjukkan 69,8% dari mereka memberikan suara mendukung rencana pembangunan PLTN.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: RI Bakal Punya PLTN 2032, Kapasitas 250 MW |
Kazakhstan sendiri sudah mengimpor listrik, sebagian besar dari Rusia. Importasi dilakukan karena fasilitas sendiri banyak sudah tua, sehingga kesulitan memenuhi permintaan domestik. Sementara batu bara dianggap sebagai sumber energi yang paling berpolusi.
Pemerintah mengatakan pasokan energi yang andal diperlukan untuk melengkapi sumber terbarukan seperti tenaga surya dan angin.
Karena Kazakhstan adalah salah satu produsen uranium terbesar di dunia, tenaga nuklir adalah pilihan yang logis. Kebutuhan biaya pembangunan PLTN itu diperkirakan akan menelan biaya US$ 10 miliar- US$ 12 miliar
Namun, rencana tersebut juga telah menghadapi kritik publik karena kekhawatiran tentang bahaya pengujian nuklir dan dicurigai Rusia akan terlibat dalam proyek tersebut.
"Saya telah sampai pada kesimpulan bahwa keputusan untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir, dan membangunnya dengan (perusahaan nuklir negara Rusia) Rosatom, telah dibuat di (kantor Tokayev) dan masyarakat Kazakhstan diundang ke tempat pemungutan suara sebagai 'notaris' untuk mengesahkan keputusan ini dengan suara mereka," tulis blogger populer Vadim Boreiko.
(ada/rrd)