PT PLN (Persero) meraih penghargaan sebagai Penggerak Ekonomi Kerakyatan dalam Transisi Energi. Penghargaan ini diterima PLN karena terus mendorong transisi energi dengan melibatkan masyarakat secara aktif.
Salah satu upayanya dengan menerapkan teknologi substitusi baru bara dengan biomassa (co-firing) untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Hingga triwulan 3 tahun 2024, terdapat 46 PLTU yang telah menjalankan program co-firing dengan total penggunaan biomassa mencapai 3 juta ton.
Selain mampu menekan emisi karbon sebesar 3,2 juta ton CO2e, program tersebut juga mampu memproduksi listrik sebesar 3,1 terawatt hour (TWh).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemanfaatan biomassa ini juga terintegrasi dengan pertanian. PLN telah meluncurkan Program Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian Terpadu di beberapa wilayah, seperti di Tasikmalaya dengan lahan kritis seluas 100 hektar.
"Penghargaan ini kami dedikasikan kepada 250.000 petani dan juga masyarakat pendukung yang telah memasok biomassa sebagai subtitusi batu bara yang telah mencapai 3 juta ton. Dan ini menurunkan emisi 3,2 juta ton co2, dengan skala bisnis lebih dari Rp 2,3 triliun," kata Direktur Utama PT PLN Energi Primer Indonesia Iwan Agung Firstantara yang menerima penghargaan detikcom Awards 2024 mewakili Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo di The Westin, Jakarta, Kamis (17/10/2024).
Pengembangan Ekosistem Biomassa di Tasikmalaya, dilakukan dengan penanaman tanaman indigofera sebanyak 100 ribu buah. Selain itu, PLN juga menyerahkan sebanyak 205 ekor domba untuk dibudidayakan.
Sebelum di Tasikmalaya, program ini juga telah diimplementasikan di Cilacap dengan luas lahan sebesar 106 hektare dan di Gunungkidul dengan luas 30 ha.
Penanaman tanaman energi ini dilakukan dengan sistem tumpang sari berupa cabai, tomat, dan timun. Sehingga selain dapat digunakan sebagai sumber pakan ternak dan bahan baku biomassa, juga dapat digunakan untuk menambah penghasilan masyarakat.
Pemanfaatan biomassa ini dapat memberikan nilai ekonomi untuk masyarakat hingga Rp 2 triliun per tahun dan telah melibatkan sebanyak 250 ribu orang.
Adapun biomassa yang telah digunakan, seperti limbah replanting, tanaman kaliandra merah, gmelina, gamal, indigofera, sekam padi, tandan kosong, hingga limbah agroforestri.
Hingga tahun 2025, PLN menargetkan program co-firing bisa dilakukan pada 52 PLTU dengan kebutuhan biomassa mencapai 10 juta ton dan mampu menurunkan emisi sebesar 11 juta ton CO2e per tahun.
Dengan kebutuhan yang ada, PLN memperkirakan program ini akan melibatkan sebanyak 1,25 juta masyarakat dengan nilai ekonomi mencapai Rp 9,43 triliun.
(rrd/rrd)