Banyaknya penambangan ilegal timah di Indonesia menjadi sorotan dunia. Penambangan ilegal ini paling banyak ditemukan di wilayah Bangka Belitung.
Sorotan tersebut salah satunya dibahas di konferensi International Tin Associate (ITA) yang diselenggarakan di Shanghai, China yang dihadiri banyak pemimpin industri timah dari China, Peru, Amerika Serikat, Malaysia hingga Inggris.
Direktur Pengembangan PT Timah Tbk (TINS) Dicky Octa Zahriadi yang ikut hadir diacara tersebut mengungkapkan, diskusi berfokus pada isu strategis yang sedang dan akan berpengaruh pada industri timah dalam beberapa tahun mendatang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Environmental Social and Governance (ESG) menjadi poin utama yang dibahas, bagaimana para pelaku industri menerapkan dan berkomitmen pada prinsip-prinsip ESG.
"Dunia internasional juga menyoroti Indonesia tentang penambangan illegal berkaitan dengan kebijakan baru apa yang akan diambil pemerintah untuk membenahi penambangan illegal, sehingga Indonesia dapat secara efektif menerapkan prinsip dan standar ESG di sektor pertambangan timah," ungkap Dicky dalam keterangannya, Senin (11/11/2024).
Ia menyampaikan, dengan pemerintahan dan presiden yang baru, PT TIMAH percaya bahwa pertambangan Timah di Indonesia akan semakin meningkatkan komitmennya terhadap sustainability terutama penanganan tambang ilegal terkait dengan regulasi dan kebijakannya, yang tentunya perlu bantuan dengan dukungan dari pemerintah Indonesia serta transparansi rantai pasok untuk memastikan seluruh produksi timah berasal dari sumber yang jelas dan bertanggung jawab sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG).
Sebelum sesi berakhir, diumumkan hasil polling dari para peserta konferensi terhadap proyeksi harga timah LME Cash tahun 2025. Peserta sangat optimis harga timah dunia akan terus stabil, ditunjukkan dengan 52% responden optimis harga timah akan stabil di harga $30.000 - $36.000 per ton.
Lihat juga Video: Polisi Gagalkan Penyelundupan 10 Ton Pasir Timah Ilegal di Babel