Harga Minyak Stabil di Tengah Lonjakan Bensin AS dan Gencatan Israel-Hizbullah

Ilyas Fadilah - detikFinance
Kamis, 28 Nov 2024 08:30 WIB
Foto: dok. PGN
Jakarta -

Harga minyak dunia tertekan imbas meningkatnya stok bensin Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran akan menurunnya suku bunga AS tahun depan. Kekhawatiran soal stok minyak juga mereda imbas adanya gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah.

Dikutip dari Reuters, Kamis (28/11/2024), minyak mentah berjangka Brent ditutup 2 sen lebih tinggi pada US$ 72,83 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 5 sen menjadi US$ 68,72.

Berdasarkan laporan Badan Informasi Energi (EIA), stok bensin AS naik 3,3 juta barel dalam sepekan menjadi 212,2 juta barel. Hal ini berlawanan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan sebanyak 46.000 barel.

Stok minyak mentah turun 1,8 juta barel dalam pekan yang berakhir Pada 22 November, jauh melebihi ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 605.000 barel.

Sementara itu American Petroleum Institute mengatakan pada hari Selasa bahwa persediaan minyak turun 5,94 juta barel dan persediaan bahan bakar naik minggu lalu.

"Sangat mengejutkan melihat persediaan bensin meningkat begitu banyak dan menyiratkan permintaan tidak benar-benar meningkat dari minggu ke minggu, mengingat perkiraan rekor perjalanan pada Thanksgiving ini," kata analis Kpler, Matt Smith.

Harga minyak juga tertekan oleh data AS yang menunjukkan momen penurunan inflasi mulai terhenti dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini dapat mempersempit ruang bagi Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga pada tahun 2025.

Para pedagang menambah spekulasi bahwa bank sentral AS akan menurunkan biaya pinjaman pada tahun 2025. 25 basis poin pada pertemuan 17-18 Desember, menurut alat FedWatch CME Group. Namun, mereka mengantisipasi The Fed akan mempertahankan suku bunganya tidak berubah pada pertemuan bulan Januari dan Maret.

Penurunan suku bunga yang lebih lambat dari perkiraan akan membuat biaya pinjaman tetap tinggi, sehingga dapat memperlambat aktivitas ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Kedua harga minyak acuan tersebut ditutup lebih rendah pada hari Selasa setelah Israel menyetujui perjanjian gencatan senjata dengan kelompok Hizbullah Lebanon. Gencatan senjata yang ditengahi oleh Perancis ini mulai berlaku pada hari Rabu.

"Pertanyaan sebenarnya adalah berapa lama (gencatan senjata) akan benar-benar dilaksanakan," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

Simak Video: Risiko Harga Minyak Dunia Meroket Setelah Iran Serang Israel






(ily/rrd)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork