Induk Facebook, Meta, mencari proposal dari pengembang nuklir untuk mendukung proyek kecerdasan buatan di perusahaannya. Meta menjadi salah satu perusahaan teknologi yang mengembangkan penggunaan tenaga atom di tengah proyeksi lonjakan permintaan listrik.
Perusahaan milik Mark Zuckerberg itu ingin menambah 1 hingga 4 gigawatt kapasitas pembangkit nuklir baru di Amerika Serikat (AS) mulai awal tahun 2030-an. Umumnya pembangkit listrik tenaga nuklir di AS punya kapasitas sekitar 1 gigawatt.
"Di Meta, kami percaya energi nuklir akan memainkan peran penting dalam transisi menuju jaringan listrik yang lebih bersih, lebih andal, dan terdiversifikasi," kata Meta dalam pernyataannya, dikutip dari Reuters, Rabu (4/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penggunaan listrik di pusat data di AS diperkirakan meningkat tiga kali lipat antara tahun 2023 dan 2030, serta membutuhkan kapasitas baru sekitar 47 gigawatt.
Meskipun, diperkirakan akan sulit untuk memenuhi lonjakan kebutuhan listrik dari nuklir dengan banyaknya tantangan yang dihadapi. Misalnya, ketatnya aturan dari Komisi Regulasi Nuklir AS, hambatan pasokan bahan bakar uranium, dan penolakan dari masyarakat setempat.
Di sisi lain, Microsoft dan Constellation Energy telah mengumumkan kesepakatan pada bulan September untuk memulai kembali unit di pabrik Three Mile Island di Pennsylvania. Pengumuman itu menyusul perjanjian serupa pada bulan Maret saat Amazon.com membeli pusat data bertenaga nuklir dari Talen Energy
Adapun Meta sedang mencari pengembang dengan keahlian dalam keterlibatan masyarakat, pengembangan dan perizinan, dan akan mempertimbangkan reaktor modular kecil, atau reaktor nuklir yang lebih besar yang serupa dengan pembangkit listrik tenaga nuklir AS saat ini.
Meta akan menerima pengajuan dari pengembang yang mengikuti permintaan proposal hingga 7 Februari 2025. Meta menyebut pembangkit nuklir cenderung padat modal, padat persyaratan dan butuh waktu lama dikembangkan sehingga diperlukan proposal terlebih dahulu.
(ily/rrd)