Pemerintah telah menggelontorkan anggaran sebesar Rp 434,3 triliun untuk pembayaran subsidi. Subsidi tersebut terdiri dari subsidi bahan bakar minyak (BBM), LPG, listrik, minyak tanah, hingga pupuk.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan realisasi subsidi solar sepanjang 2024 tercatat mencapai Rp 89,7 triliun dengan total penerima manfaat mencapai 4 juta orang.
"Misalnya solar, harga seharusnya Rp 11.950 per liter. Namun yang dibayar masyarakat hanya Rp 6.800 per liter. Selisih Rp 5.150 per liter ini ditanggung oleh APBN," kata Suahasil dalam acara Konferensi Pers APBN Kita, di kantornya, Jakarta, Senin (6/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Hitungan Transisi PPN 12% Dikritik DPR |
Untuk subsidi Pertalite, harga sebenarnya Rp 11.700 per liter dan masyarakat hanya membayar Rp 10.000 per liter. Untuk pertalite, total subsidi sebesar Rp 56,1 triliun yang dinikmati oleh 157 juta kendaraan.
Sementara untuk minyak tanah, harga seharusnya Rp 11.150 per liter harga dan harga yang harus dibayar masyarakat Rp 2.500. Suahasil menjelaskan untuk minyak tanah selisih yang dibayarkan cukup besar Rp 8.650, namun konsumsi sangat sedikit. Secara total subsidi untuk minyak tanah Rp 4,5 triliun yang dipakai sekitar 1,8 juta rumah tangga.
"LPG 3 kilogram ini sangat besar. Harga sesungguhnya satu tabung LPG 3 kilogram itu adalah Rp 42.750 per tabung namun harga di masyarakat adalah Rp 12.750 ribu per tabung. Untuk itu, realisasi belanja subsidi untuk LPG 3 kg Rp 80,22 triliun," imbuh Suahasil.
Selain itu, total listrik bersubsidi yang menjangkau sekitar 40 juta pelanggan mencapai Rp 156,4 triliun. Untuk subsidi pupuk di sektor pertanian mencapai Rp 47,7 triliun.
"Pupuk urea itu per kilogram APBN membayar sekira-kira Rp 3.300 per kilogram. Kalau pupuk NPK APBN menanggung sekitar Rp 8.500 per kilogram," terang dia.
(acd/acd)