Founder & Chairman CT Corp, Chairul Tanjung mengungkap, pertumbuhan ekonomi 8% yang dicita-citakan Presiden Prabowo Subianto terancam gagal tercapai lantaran besarnya impor bahan bakar minyak (BBM).
Pria yang akrab disapa CT itu mengungkap, impor BBM Indonesia saat ini sebanhyak 1 juta barel per hari imbas menurunnya lifting minyak. Padahal, kata CT, lifting minyak Indonesia sempat mencapai 1,5 juta barel per hari, namun menurun seiring pergantian tahun.
"Kalau ini dibiarkan terus-menerus, ya nanti, ya konsumsi energi kita meningkat, importnya makin meningkat. Nah, kalau impor makin meningkat pertumbuhan ekonomi yang dicita-citakan tidak akan terjadi," kata CT dalam acara Sarasehan Ulama di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Selasa (4/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CT menuturkan, pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dari konsumsi domestik, pertumbuhan investasi, dan kinerja ekspor-impor. Jika impor lebih besar dari ekspor, kata CT, faktor pendukung pertumbuhan ekonomi semakin berkurang.
CT mengingatkan, pemerintah akan menghadapi banyak tantangan dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Meski begitu, ia meyakini Asta Cita merupakan ide yang baik kendati implementasinya tidak mudah.
"Jujur harus saya katakan Asta Cita is a very good concept tapi how to implement menjadi challenging yang luar biasa karena tidak mudah," terangnya.
Menurutnya, terdapat dua sektor industri yang mampu menopang pertumbuhan ekonomi, yakni baja dan petrokimia. Namun begitu, ia menilai kedua industri tersebut masih dalam kondisi yang lemah.
"Seluruh kebutuhan industri ini, itu membutuhkan dua (baja dan petrokimia), mau bikin mobil, bikin kulkas, bikin apa saja, semua perlu dua industri ini. Nah kita jujur, kita lemah di industri baja, dulu dibangun oleh Krakatau Steel, tapi nggak selesai, nggak beres-beres sampai hari ini," ujarnya.
"Industri petrochemical juga kita nggak kuat sementara negara-negara seperti Korea, Taiwan, negara-negara yang maju, yang keluar dari middle income trap, dua industri ini betul-betul memang mereka hebat dari awal," tandasnya.
(ara/ara)