UMKM Binaan PHE Ini Bisa Raup Omzet Rp 100 Jutaan/Bulan

UMKM Binaan PHE Ini Bisa Raup Omzet Rp 100 Jutaan/Bulan

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Selasa, 18 Feb 2025 16:12 WIB
Ilustrasi UMKM
Ilustrasi/Foto: Shutterstock
Jakarta -

PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) terus berkontribusi meningkatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar bisa naik kelas. Salah satunya dengan membina Kelompok UMKM Wanita (KUW) Greenthink.

KUW Greenthink pertama kali dibentuk PHE ONWJ pada 2017 lalu untuk membantu usaha milik istri-istri nelayan di Kecamatan Cilamaya Girang, Blanakan, Subang. UMKM ini memproduksi dan memasarkan berbagai macam olahan ikan tengkek.

Head of Communication, Relations & CID PHE ONWJ, R. Ery Ridwan, menjelaskan ikan tengkek merupakan salah satu hasil laut yang kurang diminati masyarakat lantaran anatomi tubuhnya yang penuh duri. Belum lagi mengolah ikan tengkek juga punya tantangan tersendiri, karena kulitnya yang keras.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alhasil permintaan pasar terhadap ikan tengkek tidak sebesar jenis ikan lain seperti tenggiri, tongkol, kakap, dan bandeng. Hal ini tentu membuat harga jual tangkapan ini sangat rendah.

Namun di tangan salah satu anggota KUW Greenthink, 'si ikan kurus berduri' yang tadinya tak diminati pasar kini menjelma menjadi produk olahan lezat dan bergizi. Sebab di tangan kreatif mereka ikan tengkek berhasil diolah menjadi berbagai produk olahan, seperti abon, dendeng, dan kerupuk.

ADVERTISEMENT

"Dulu, ikan tengkek tidak ada harganya. Bahkan, dianggap limbah oleh nelayan. Kalau dapat tengkek di laut, dijual murah," kata Eka Mustika selaku pemilik UMKM Mustika Food, satu dari 22 anggota KUW Greenthink.

Sebelum Mustika Food dan produk olahan ikan tengkeknya dikenal banyak orang, ikan tengkek hanya dijual di bawah Rp 5.000 per kilogram. Bahkan terendah sempat menyentuh Rp 2.000-3.000 per kilogram di mana tiap satu kilogram berisi 4 - 5 ekor ikan.

Namun harga komoditas ini mulai naik seiring kebutuhan Eka tehadap bahan baku produknya. Di mana dalam satu bulan, Eka memerlukan bahan baku ikan tengkek rata-rata 1,5 - 2 kuintal.

Jumlah itu untuk memenuhi permintaan konsumen lintas kota sampai lintas negara, mulai dari Subang, Bandung, Jabodetabek, Bali, Jambi, hingga Singapura. Sehingga harga ikan tengkek melonjak naik hingga Rp 17.000-25.000 per kilogram.

Di bawah bimbingan PHE ONWJ produk Eka merambah dari abon ke kerupuk, cheese stick, dan ikan asin. Omzet UMKM Mustika Food berkisar Rp 100 jutaan per bulan. Dalam setahun, bisnis yang dijalankan Eka serta empat karyawannya mampu meraup omzet di atas Rp 1 miliar.

"Mereka melihat potensi yang tersembunyi dalam ikan yang sering dianggap limbah oleh para nelayan. Di bawah bimbingan PHE ONWJ melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan, Eka memulai langkah inovatif untuk mengolah ikan tengkek menjadi produk bernilai tinggi, abon," kata Ery dalam keterangan resminya.

Produk olahan Eka juga didukung mendapatkan izin usaha dan sertifikasi produk. Berkat itu kini Eka juga sudah mengantongi NIB (Nomor Induk Berusaha), SPP-IRT (Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga), dan sertifikasi halal.

Legalitas ini meningkatkan kepercayaan konsumen, memperluas akses pasar, dan meningkatkan daya saing dan membuat produknya semakin laris.

"Kami sangat bangga melihat bagaimana inovasi dan kerja keras mereka telah sukses mengubah tantangan menjadi peluang. Semoga keberhasilan ini dapat menginspirasi komunitas lain untuk melakukan hal serupa," pungkas Ery.

Tonton juga Video: Langkah Kemendag Dorong UMKM Tembus Pasar Internasional

(fdl/fdl)

Hide Ads