Anggota Komisi XII DPR RI Dewi Yustisiana mendorong PT Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk mempercepat pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia.
Sekadar informasi, IBC adalah perusahaan BUMN yang bergerak di ekosistem baterai kendaraan listrik yang sahamnya dimiliki oleh PT Antam (Persero), PT Inalum (Persero), PT Pertamina New & Renewable Energy, dan PT PLN (Persero) masing-masing sebesar 25 persen.
Dewi menyatakan ada sedikitnya empat hal yang wajib dijalankan oleh IBC untuk mewujudkan misi tersebut. "Pertama, IBC harus menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang dapat dilaksanakan (feasible) dan bisa segera dieksekusi," kata Dewi keterangannya, Selasa (18/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, menurut politikus Partai Golkar itu, IBC harus memperhitungkan secara detail tentang target bisnis dan biaya perusahaan sehingga dapat mencapai keuntungan yang maksimal.
Selanjutnya, Dewi menekankan pentingnya poin ketiga, di mana poin pertama dan poin kedua bisa terealisasi jika ada dukungan dan komitmen yang kuat dari shareholder yang terlibat, dalam hal ini PT Antam, PT Inalum, PT Pertamina New & Renewable Energy, dan PT PLN.
Keempat, harus ada komitmen yang kuat dari pemerintah untuk terus mendukung mewujudkan ekosistem baterai kendaraan listrik, terutama terkait dengan upaya menyelesaikan persoalan ego sektoral yang terkesan saat ini menjadi salah satu penyebab lambannya pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik.
"Kita harus melihat peluang besar perkembangan global saat ini dalam hal energi dengan Indonesia sebagai pemain kunci dalam ekosistem baterai kendaraan listrik, di mana hal ini juga selaras dengan prioritas pemerintah mengenai hilirisasi," ujar dia.
Sebelumnya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menetapkan Indonesia Battery Corporation (IBC) sebagai New Energy Materials Investment Holding. Perannya akan difokuskan untuk investasi dalam pengembangan sumber daya mineral menjadi bahan baku baterai.
Direktur Utama IBC Toto Nugroho mengatakan, keputusan ini muncul dengan mengacu pada banyaknya aset material baterai maupun mineral kritis RI, di bawah pengelolaan MIND ID, bisa dioptimalkan menjadi berbagai macam produk.
"IBC sebagai New Energy Materials Investment Holding, Jadi Kementerian BUMN sudah memutuskan kita akan menjadi investment holding, untuk mengembangkan, melanjutkan hilirisasi sumber daya mineral menjadi bahan baku baterai," kata Toto, dalam Rapat Kerja dengan DPR.
Toto menjelaskan, perubahan ini cukup signifikan dibandingkan posisi IBC sebelumnya sebagai project development company. Kini, IBC bertransformasi menjadi investment holding untuk proyek-proyek terkait baterai.
(kil/kil)