Harga minyak mencatatkan lonjakan terbesar dalam enam minggu terakhir setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan rencana pengenaan tarif pada dua pemasok minyak mentah utama AS, Kanada dan Meksiko.
Dikutip dari Bloomberg, Jumat (28/2/2025), Minyak West Texas Intermediate berjangka naik sekitar 2,5% dan menetap di atas US$ 70 per barel. Trump sebelumnya menyebut pengenaan tarif terhadap Kanada dan Meksiko mulai berlaku pada 4 Maret.
Kebijakan itu diramal mengganggu industri minyak Amerika Utara yang sangat terintegrasi. Di sisi lain, permintaan terhadap minyak mentah AS untuk mengisi kekosongan stok dari Kanada dan Meksiko diprediksi akan meningkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, dampak kebijakan Trump kemungkinan tak terlalu besar karena banyak kilang AS dibangun untuk mengolah minyak mentah berat dari kedua negara, bukan minyak ringan produksi dalam negeri. AS membeli sekitar 4 juta barel minyak per hari dari Kanada dan sekitar 400.000 barel per hari dari Meksiko.
Meski naik signifikan dalam 6 pekan terakhir, harga minyak mentah masih berada di jalur penurunan bulanan terbesar sejak September. Hal ini karena prospek perang dagang membebani prospek pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi di Amerika Serikat dan China.
"Timbal balik tarif, pajak, dan pemotongan belanja dapat meningkatkan tekanan inflasi dan mengurangi kesejahteraan ekonomi," kata Tamas Varga, seorang analis di PVM Oil Associates Ltd. di London
Ada juga tanda-tanda pasokan dari berapa wilayah akan mulai mengalir lagi. Irak, anggota OPEC, mengatakan pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan Kurdistan untuk melanjutkan ekspor minyak mentah melalui jalur pipa yang sebelumnya ditutup selama hampir dua tahun,
Meski begitu kemungkinan kendala pasokan juga ada, termasuk upaya baru AS untuk menekan ekspor dari Iran dan Venezuela, serta ekspektasi bahwa OPEC+ akan sekali lagi menunda rencana untuk meningkatkan produksi secara progresif.
(ily/rrd)