Pemerintah menargetkan lifting 1 juta barel minyak per hari pada 2030. Menanggapi hal tersebut, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebut pihaknya mendahulukan target jangka pendek.
Adapun target jangka pendek yang ingin dicapai yaitu 605 ribu barel per hari. Menurutnya, target jangka pendek ini sangat penting untuk dicapai demi terwujudnya swasembada energi seperti yang digaungkan oleh Presiden RI Prabowo Subianto.
"Saat ini kami memang sedang fokus kepada mencapai target jangka pendek. Target jangka pendek tersebut menjadi sangat penting, karena kalau tidak bisa mencapai target jangka pendek, bagaimana kita mencapai target jangka panjang?," ujar Sekretaris SKK Migas Luky Yusgiantoro, dalam acara Energi Forum: Kesiapan Indonesia Menuju Swasembada Energi yang dipersembahkan detikcom bersama Komisi XII DPR, dan didukung SKK Migas, PT Pertamina Hulu Energi, dan ANTAM, di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (11/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak hal yang memang kita bisa diskusikan bersama-sama mengenai pencapaian target jangka panjang tersebut," sambungnya.
Selain menargetkan 605 ribu barrel lifting minyak, Luky mengatakan pihaknya melakukan eksplorasi masif untuk menarik investasi ke sektor hulu (attractiveness). Adapun strateginya dengan melakukan eksplorasi masif di sejumlah daerah.
"Meski demikian, eksplorasi membutuhkan waktu yang lama yaitu sekitar 5-10 tahun. Bahkan ada salah satu proyek kita yang di-discovery tahun 2000, sampai sekarang belum diproduksi," kata Luky.
Sebagaimana diketahui Indonesia meraih skor 5.35 dari pemeringkatan investor attractiveness S&P Global Rating. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama pada 2024 dengan skor 5.30.
"Karena 37% energi kita itu masih bergantung dengan minyak gas dan bumi. Ini menjadi sangat penting tentunya untuk mencapai target dari Bapak Presiden," pungkasnya.
(anl/ega)