Nikel Filipina & Australia Mandek Gegara Perang Dagang, RI Bagaimana?

Nikel Filipina & Australia Mandek Gegara Perang Dagang, RI Bagaimana?

Andi Hidayat - detikFinance
Kamis, 17 Apr 2025 15:27 WIB
Ilustrasi Pertambangan
Foto: Shutterstock/
Jakarta -

Sejumlah pabrik nikel di beberapa negara dikabarkan mandek imbas ketidakpastian global yang muncul setelah Pemerintah Amerika Serikat (AS) menetapkan tarif tinggi terhadap barang impor ke puluhan negara. Saat ini, dikabarkan dua negara penghasil nikel yang terancam akibat turunnya permintaan.

Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo mengatakan, kebijakan yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump berimbas pada melemahnya permintaan sekaligus juga meningkatkan biaya produksi.

Ia sendiri telah mengingatkan kepada seluruh anggota holding MIND ID untuk menekan biaya produksi agar tidak lebih tinggi dari harga jual rata-rata atau average selling price.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau nggak die, Filipina mati nih, pabrik nikelnya. Australia mati pabrik nikelnya. Karena harganya sekarang turun. Mereka biayanya tinggi. Kalau gue (MIND ID) sudah antisipasi itu," kata Dilo kepada wartawan di Menara CIMB Niaga, Jakarta, Kamis (17/4/2025).

Diketahui, Indonesia sendiri dikenakan tarif sebesar 32% oleh AS. Namun begitu, Dilo mengatakan tidak semua komoditas terdampak tarif tersebut. Ia mengungkap, beberapa perusahaan pertambangan Indonesia tidak langsung terdampak.

ADVERTISEMENT

Dilo mengatakan, komoditas yang berkaitan dengan mineral strategis dan kritis, relatif dikenakan tarif yang lebih kecil. Bahkan, dia menyebut tarif tersebut di bawah 32% dari yang ditetapkan Trump.

"32% itu nggak bisa dipukul rata. Artinya apa? Gue sudah mencoba memulai advokasi regulasi, sebelum Pakde Trump itu ngomongin," tutupnya.

Lihat juga video: Bertemu PM Australia, Jokowi Bahas Nikel-Investasi IKN

(kil/kil)

Hide Ads