Bahlil Pede Target Lifting Migas di APBN Bisa Tercapai!

Bahlil Pede Target Lifting Migas di APBN Bisa Tercapai!

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 26 Jun 2025 19:30 WIB
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (tengah) bersama Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi (kanan) dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya (kiri) bersiap menyampaikan keterangan terkait izin tambang nikel Kepulauan Raja Ampat di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (10/6/2025). Pemerintah mencabut empat izin usaha pertambangan (IUP) nikel di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, antara lain milik PT Anugerah Surya Pratama (PT ASP) di Pulau Manuran, PT Kawei Sejahtera Mining (PT KSM) di Pulau Kawei, PT Mulia Raymond Perkasa (MRP) di Pulau Manyaifun dan Pulau Batang Pele. Serta PT Nurham Pulau Waegeo karena ditemukan sejumlah pelanggaran. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/nz
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia - Foto: ANTARA FOTO/0/3504365
Jakarta -

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia percaya diri target lifting minyak di APBN 2025 dapat tercapai. Dalam APBN 2025 target lifting minyak dan gas secara total sebesar 1,61 juta barel setara minyak per hari (barrels of oil equivalent per day/BOEPD), dengan rincian untuk lifting minyak mencapai 605 ribu barel minyak per hari (barrels of oil per day/BOPD) dan lifting gas sebesar 1,005 juta BOEPD.

Bahlil mengatakan dengan tambahan produksi di Blok Cepu sebanyak 30 ribu BOPD dapat mempercepat pencapaian target lifting migas di APBN. Dengan tambahan produksi di Lapangan Migas Banyu Urip tersebut, Blok Cepu akan memproduksi minyak sebesar 170-180 ribu barel per hari.

"Insyaallah target APBN untuk lifting minyak sebesar 605.000 barrels per day ini Insyaallah akan kita bisa wujudkan bersama-sama," sebut Bahlil saat peresmian tambahan produksi minyak Blok Cepu, Kamis (26/6/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria yang juga merupakan Ketua Umum Golkar itu memaparkan Presiden Prabowo Subianto telah memberikan titah untuk mencapai swasembada energi pada 2029. Dia mengatakan untuk mencapai target tersebut Indonesia harus mampu menggenjot lifting migas mencapai 900 ribu-1 juta BOEPD di 2029.

Sementara itu, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung memaparkan sejauh ini lifting minyak di Indonesia sudah melebihi angka 600 ribu BOPD per bulan Juni. Angka itu sudah hampir mendekati target 606 ribu BOPD di APBN 2025.

ADVERTISEMENT

"Ini lifting minyak per kemarin sekitar 600 ribu (BOPD) lebih. Ini 600 ribu lebih. Dari ini beberapa hari, pada bulan Juni terjadi peningkatan signifikan. Sudah lewat 600 ribu," beber Yuliot ditemui di Blok Cepu, Bojonegoro, di hari yang sama.

Upaya Peningkatan Lifting

Yuliot memaparkan pemerintah pun akan melakukan beberapa upaya untuk mempercepat peningkatan lifting minyak dan gas. Misalnya saja, percepatan untuk pelaksanaan eksplorasi di setiap wilayah blok migas yang ada di Indonesia. Apa yang dilakukan di Blok Cepu menurutnya menjadi contoh praktik yang harus dilakukan di berbagai blok migas yang lainnya.

"Jadi seperti hari ini di sini ada 4 eksplorasi yang kita lakukan menghasilkan produksi sekitar 30 ribu barel per hari. Jadi untuk wilayah kerja yang lain itu juga hampir sama kita akan dorong peningkatan eksplorasi," sebut Yuliot.

Kemudian untuk wilayah kerja minyak dan gas lainnya yang mengalami penurunan produksi harus menggunakan teknologi untuk meningkatkan produksinya kembali. Misalnya saja, menggunakan teknologi EOR ataupun horizontal tracking.

Pihaknya juga akan melakukan percepatan penawaran wilayah kerja migas baru. Sekitar 61 wilayah kerja yang siap ditawarkan pemerintah ke pelaku usaha.

Yuliot juga mengatakan pemerintah akan mengevaluasi kembali seluruh regulasi yang terkait dengan kegiatan hulu migas untuk mempermudah proses eksplorasi dan pada akhirnya menambah produksi minyak dan gas. Peninjauan regulasi khususnya dilakukan dalam proses perizinan.

"Kita juga akan memperpendek prosedur perizinan dalam rangka kegiatan di hulu migas. Jadi kita integrasikan beberapa pelayanan perizinan, sehingga pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan itu menjadi lebih cepat dan juga lebih efisien dalam memasuki kegiatan produksi," papar Yuliot.

Masih dari segi regulasi, pihaknya juga akan meninjau kembali insentif bagi pelaku usaha untuk mendorong kegiatan di hulu migas.

"Kita juga melihat insentif dalam peningkatan produksi ini apakah cukup atau ini perlu tambahan insentif bagi pelaku usaha. Jadi kita akan sempurnakan insentif-insentif yang sudah kita berikan pada badan usaha," pungkas Yuliot.

(kil/kil)

Hide Ads