Bos Danantara Buka-bukaan Alasan RI Harus Gandeng AS Bangun Kilang

Bos Danantara Buka-bukaan Alasan RI Harus Gandeng AS Bangun Kilang

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Selasa, 29 Jul 2025 14:57 WIB
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani.
Foto: Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani. Foto: Shafira/detikcom
Jakarta -

CEO Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), Rosan Roeslani, buka-bukaan alasan pihaknya yang berencana membangun 17 kilang minyak sebagai bagian dari komitmen kerja sama dengan perusahaan-perusahaan asal Amerika Serikat (AS).

Ia mengatakan rencana pembangunan kilang ini sejalan dengan rencana impor minyak mentah asal AS sebagai bagian dari hasil negosiasi pengurangan tarif resiprokal Presiden Donald Trump untuk Indonesia jadi 19%.

Terlebih menurutnya minyak mentah asal AS memiliki karakteristik yang berbeda dengan minyak mentah yang biasa diolah di Tanah Air. Sehingga kilang tersebut akan dirancang untuk memiliki spesifikasi yang menyesuaikan karakteristik minyak mentah AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mengenai investasi di refinery ini, yang memang itu adalah salah satu komitmen kerja sama yang ingin dilakukan bersama-sama dengan perusahaan Amerika. Karena kalau kita lihat salah satu dalam kesepakatan itu kan kita akan melakukan import dari crude oil ke Indonesia yang tentunya itu perlu ada refinery," kata Rosan di Kantor BKPM, Selasa (29/7/2025).

"Nah refinery itu harus sesuai dengan karakteristik dari setiap crude oil yang diimport ini, dan tentunya kalau dari Amerika ya investasinya juga kita sesuaikan refinery-nya juga dari karakteristik crude oil dari negara tersebut," paparnya lagi.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, Rosan mengklaim rencana pembangunan kilang tersebut tidak akan merugikan Indonesia. Sebab menurutnya kilang ini akan digunakan dalam jangka panjang mengingat pemerintah akan mengalihkan sejumlah porsi impor minyak mentah dari Asia dan Timur Tengah menjadi ke AS.

"Jadi ini adalah satu proses bisnis, dan ini juga tidak akan membebani kita. Karena kalau dulu kita import crude oil dari Nigeria, dari Arab Saudi, ini sekarang kita mungkin porsinya lebih banyak mengambil import crude oil ke Amerika," jelasnya.

Meski begitu, ia menegaskan Danantara akan terus mengkaji rencana pembangunan kilang bersama AS itu. Sehingga ia belum bisa memastikan lebih jauh berapa dana investasi yang dibutuhkan hingga lokasi kilang tersebut, apakah akan ada di Indonesia atau di Amerika.

"Jadi ini kan baru kesepakatan awal, sedangkan proses negosiasi ini kan detilnya juga masih berlangsung yang dipimpin oleh Kantor Pak Menko. Jadi ini juga masih berlangsung dan kita tentunya ikut dalam proses itu untuk memastikan supaya juga berjalan dengan kriteria yang ada misalnya contoh di Danantara," ucap Rosan.

(igo/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads