Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menegaskan pemerintah Indonesia berkomitmen membeli produk energi dari Amerika Serikat (AS) senilai US$ 15,5 miliar atau sekitar Rp 249,5 triliun (kurs Rp 16.100/US$). Produk yang dimaksud meliputi Liquefied Petroleum Gas (LPG), crude oil (minyak mentah), dan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Belanja energi ini merupakan bagian dari kesepakatan negosiasi tarif resiprokal dengan AS.
"Ya, ini komitmen yang akan kita penuhi. Komitmen ini sekitar US$ 15,5 miliar. Nanti kita lihat apakah bentuknya crude, LPG, atau bahan bakar jadi dari perusahaan-perusahaan mereka yang memiliki oil refinery," kata Yuliot di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (15/8/2025).
Ia menambahkan, pemerintah masih membahas volume pembelian energi dari AS, termasuk kemampuan pasok dari pihak AS dan penyesuaian dengan kebutuhan energi dalam negeri.
"Belum, ini masih kita konsultasikan, baik kemampuan pasok maupun kesesuaian dengan kebutuhan dalam negeri," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan pemangkasan tarif impor produk Indonesia menjadi 19% dari sebelumnya 32%. Namun, kado ini tidak diberikan gratis. Trump menetapkan empat syarat bagi Indonesia.
Mengutip CNN Business, Rabu (16/7/2025), syarat tersebut adalah:
1. Indonesia tidak mengenakan tarif apapun terhadap produk ekspor dari AS.
2. Indonesia membeli produk energi dari AS senilai US$ 15 miliar atau sekitar Rp 244 triliun (kurs Rp 16.271/US$).
3. Indonesia membeli produk pertanian dari AS senilai US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 73 triliun.
4. Indonesia membeli 50 pesawat Boeing, sebagian besar seri 777, yang rencananya dilakukan melalui maskapai Garuda Indonesia.
(rrd/rrd)