ASCOPE 50 Tahun: Energi, Kolaborasi, dan Masa Depan ASEAN

ASCOPE 50 Tahun: Energi, Kolaborasi, dan Masa Depan ASEAN

Qonita - detikFinance
Rabu, 03 Sep 2025 12:56 WIB
ASCOPE 50 Tahun: Energi, Kolaborasi, dan Masa Depan ASEAN
Foto: Pertamina
Jakarta -

Tahun 2025 menandai Golden Jubilee ASEAN Council on Petroleum (ASCOPE), forum kerja sama sektor energi regional yang beranggotakan 10 perusahaan migas nasional dan otoritas energi negara ASEAN. ASCOPE telah menjadi wadah penting bagi kolaborasi energi lintas negara ASEAN, mulai dari mengelola potensi migas, membangun infrastruktur strategis, hingga memperkuat ketahanan energi kawasan.

ASCOPE merupakan penghubung antarnegara lewat proyek migas untuk memenuhi kebutuhan pasokan energi yang terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi ASEAN. Secretary In Charge ASCOPE sekaligus SVP Strategy & Investment PT Pertamina (Persero) Henricus Herwin menjelaskan organisasi ini harus terus beradaptasi dengan perubahan peta energi global, tantangan geopolitik, serta tuntutan transisi menuju energi bersih agar tetap relevan dan memperkuat eksistensinya di masa depan.

"Setengah abad perjalanan ASCOPE merupakan cermin perjalanan energi ASEAN dari era eksplorasi minyak lepas pantai, pembangunan pipa gas lintas negara, hingga memasuki babak transisi energi," ungkap Henricus dalam keterangan tertulis, Rabu (3/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tonggak Sejarah Migas ASEAN

ADVERTISEMENT

ASCOPE dibentuk tahun 1975, ketika negara-negara ASEAN tengah gencar mengeksplorasi sumber daya minyak dan gas untuk mendukung pembangunan ekonomi. Saat itu, kebutuhan forum kerja sama lintas negara amat terasa, terutama karena infrastruktur energi regional masih terfragmentasi. Dari sinilah lahir ASCOPE yang bertugas untuk membangun jejaring kolaborasi energi ASEAN.

Warisan terpenting ASCOPE adalah Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP) proyek yang diinisiasi oleh Gas Advocacy Task Force. Kini, lebih dari 3.600 kilometer jaringan pipa gas telah terhubung lintas negara menghubungkan Thailand, Malaysia, Singapura, hingga Indonesia. Infrastruktur ini bukan hanya simbol kerja sama, tetapi juga sebagai instrumen strategis untuk memastikan ketersediaan energi kawasan.

Seiring berkembangnya LNG sebagai virtual pipeline, ASCOPE turut mendorong pembangunan fasilitas regasifikasi dengan kapasitas lebih dari 58 juta ton per tahun (Mtpa) yang memperluas mobilitas gas lintas negara. Infrastruktur ini menawarkan fleksibilitas bagi negara-negara untuk memindahkan energi dari pusat produksi ke pusat konsumsi, bahkan melampaui keterbatasan jaringan pipa fisik.

ASCOPE juga menginisiasi ASEAN Petroleum Security Agreement (APSA), perjanjian solidaritas energi untuk menghadapi potensi krisis pasokan. APSA menegaskan pentingnya perspektif keamanan energi kolektif di ASEAN.

Disamping itu, Exploration and Production Task Force (EPTF) meluncurkan ASCOPE Decommissioning Guideline yang menstandarisasi proses penonaktifan fasilititas migas (facility decommissioning) secara aman dan andal.

Transisi Energi Jadi Tantangan Baru

ASEAN Energy Outlook 2024 memproyeksikan konsumsi energi kawasan akan melonjak dua kali lipat pada 2050 seiring pertumbuhan populasi yang mencapai 680 juta jiwa. Dalam hal tersebut, gas bumi akan memegang peran vital sebagai energi transisi. Tetapi dalam jangka panjang, negara-negara ASEAN sudah berkomitmen mencapai net zero emissions pada paruh kedua abad ini.

ASCOPE tidak lagi bisa berfokus semata-mata pada migas, tetapi juga harus menjadi pendorong dalam pengembangan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS), pengurangan emisi metana, hingga integrasi energi terbarukan serta pemanfaatan infrastruktur gas untuk transportasi hidrogen.

Langkah Nyata telah Dilakukan

Policy, Research and Capability Building Task Force menggagas penyusunan template perjanjian lintas negara untuk CCUS. Pada 2023, ASCOPE membentuk Clean Energy Task Force untuk mengeksplorasi peluang teknologi rendah karbon, memperluas diskusi mekanisme perdagangan karbon, insentif investasi energi hijau, serta strategi penggunaan jaringan pipa gas untuk transportasi hidrogen di masa depan.

Geopolitik dan Diplomasi Energi

Permintaan energi yang tinggi dan perubahan iklim bukan menjadi satu-satunya alasan mengapa peran ASCOPE kian relevan. Geopolitik global dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan betapa rapuhnya rantai pasok energi internasional. Krisis energi yang dipicu konflik Rusia-Ukraina, serta lonjakan harga minyak dan gas pada 2022-2023, menjadi pengingat bahwa diversifikasi pasokan, pembangunan infrastruktur bersama, dan solidaritas regional bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.

Berbeda dengan organisasi energi lain, ASCOPE beranggotakan langsung otoritas energi nasional dan BUMN migas, seperti Petroleum Authority (Brunei Darussalam), Ministry of Mines and Energy (Cambodia), Pertamina (Indonesia), Petroliam Nasional Berhad/PETRONAS (Malaysia), Lao State Fuel Company (Lao PDR), Myanma Oil and Gas Enterprise/MOGE (Myanmar), Philippine National Oil Company PNOC (Philippines), Singapore LNG Corporation Pte Ltd/SLNG (Singapore), PTT (Thailand), dan Petrovietnam (Vietnam). Kolaborasi BUMN energi ini memberi daya tawar kolektif ASEAN di panggung global dan menjadikan ASCOPE sebagai aktor strategis dalam diplomasi energi.

Momentum 50 Tahun

Setengah abad ASCOPE bisa dibaca sebagai cermin perjalanan energi ASEAN dari era eksplorasi minyak lepas pantai, pembangunan pipa gas lintas negara, hingga memasuki babak transisi energi. Namun agar tetap relevan, ada empat catatan penting yang perlu diperhatikan.

1. Adanya penguatan kelembagaan

Untuk menghadapi tantangan baru, diperlukan payung hukum dan tata kelola yang lebih kokoh, melalui ASCOPE Charter dan Governance & Institutional Framework. Piagam ini diharapkan menjadi dasar komitmen bersama dalam kerja sama energi lintas batas.

2. Perluasan fokus ke energi bersih

Gas bumi akan selalu memegang peran penting, tetapi relevansi ASCOPE ke depan ditentukan oleh kemampuannya mengintegrasikan agenda transisi energi. Pengembangan CCUS, mekanisme perdagangan karbon, hingga peluang hidrogen hijau perlu menjadi bagian dari peta jalan baru organisasi.

3. Peningkatan daya tarik investasi

ASCOPE mendorong skema insentif dan kemudahan regulasi lintas negara untuk menarik investasi energi bersih dan infrastruktur strategis ASEAN.

4. Penguatan riset dan inovasi

ASEAN tidak bisa hanya bergantung pada teknologi impor. Kolaborasi penelitian, pembangunan pusat riset bersama, hingga kemitraan dengan swasta dan akademisi akan menentukan seberapa cepat kawasan ini beradaptasi.

Dahulu, cerita energi ASEAN dimulai dari kilang dan anjungan minyak. Sekarang cerita itu berkembang menjadi jaringan pipa gas lintas negara hingga integrasi energi bersih dalam sistem kelistrikan regional. Golden Jubilee ASCOPE adalah momentum emas untuk mendefinisikan babak baru energi ASEAN dengan menegaskan komitmennya menjadi motor penggerak transisi menuju masa depan energi yang lebih hijau, tangguh, dan inklusif bagi Asia Tenggara.




(ega/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads