Taiwan Tetap Beli Produk Minyak Rusia Meski Ada Ancaman dari Trump

Taiwan Tetap Beli Produk Minyak Rusia Meski Ada Ancaman dari Trump

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 03 Okt 2025 08:06 WIB
Ilustrasi sektor migas
Ilustrasi Migas - Foto: Ilustrasi Migas (Fauzan Kamil/Infografis detikcom)
Jakarta -

Taiwan mengimpor 1,9 juta ton produk minyak bumi nafta dari Rusia senilai US$ 1,3 miliar atau Rp 21,52 triliun (kurs Rp 16.556) pada semester pertama tahun ini. Jumlah itu melonjak hampir enam kali lipat dibandingkan 2022 dan ini menjadi yang terbesar dibanding negara lainnya.

Pembelian dilakukan meskipun Taiwan menentang perang Rusia di Ukraina dan ikut mendukung sejumlah sanksi internasional terhadap Moskow. Ketergantungan Taiwan terhadap energi Rusia membuka celah bagi potensi tekanan geopolitik dari China.

"Ketergantungan Taiwan pada energi Rusia menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional, mengingat aliansi strategis antara Rusia dan Tiongkok," ujar seorang legislator dari Partai Progresif Demokratik, Puma Shen dikutip dari CNN, Jumat (3/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai informasi, nafta merupakan produk turunan minyak bumi yang penting bagi industri petrokimia. Senyawa ini dipakai untuk memproduksi beberapa bahan baku manufaktur komponen elektronik dan semikonduktor yang sangat inti bagi perekonomian Taiwan.

ADVERTISEMENT

Taiwan telah menghabiskan lebih dari US$ 4,9 miliar untuk pembelian produk turunan minyak dari Rusia sejak Moskow melancarkan invasi tak beralasan ke Ukraina pada 2022. Demikian menurut laporan lembaga riset Centre for Research on Energy and Clean Air yang berbasis di Helsinki.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Urusan Ekonomi Taiwan menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan milik negara telah berhenti mengambil minyak mentah dari Rusia pada 2023. Taiwan juga telah berhenti mengekspor produk-produk teknologi tinggi utama ke Rusia.

"Seiring dengan terus meluasnya sanksi internasional, kementerian akan meninjau lebih lanjut langkah-langkah pengendalian yang relevan dan melibatkan perusahaan-perusahaan domestik terkait kepatuhan, sambil terus bekerja sama dengan mitra internasional untuk menunjukkan tekad kuatnya dalam menentang agresi dan menegakkan tatanan internasional," demikian pernyataan tersebut.

Meskipun perusahaan minyak dan gas milik negara Taiwan, CPC berhenti menerima impor nafta Rusia pada Juni 2024, perusahaan minyak besar Taiwan lainnya, Formosa Petrochemical yang juga merupakan pemasok utama bagi industri semikonduktor Taiwan yang terkemuka di dunia, telah meningkatkan impornya secara tajam.

Laporan tentang impor nafta Rusia oleh Taiwan muncul di saat Presiden AS Donald Trump meningkatkan ancaman dan tindakan terhadap negara-negara yang membeli minyak mentah dan produk minyak dari Rusia. Pada Agustus 2025, India dikenakan tarif sekunder atas pembelian minyak Rusia yang terus berlanjut.

"Komunitas demokrasi global telah mengandalkan sanksi ekonomi untuk mencoba mengakhiri agresi Rusia terhadap Ukraina. Tindakan perdagangan dan ekonomi Taiwan harus selaras dengan mitra demokrasi kita, atau kita berisiko merusak reputasi internasional kita," kata Shen.

Simak juga Video Putin: Ekonomi Dunia Masih Membutuhkan Minyak dari Rusia

(aid/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads