Jangan Percaya! 4 Hoaks Liar BBM: Batas Isi Bensin Sampai Uji Oktan Palsu

Jangan Percaya! 4 Hoaks Liar BBM: Batas Isi Bensin Sampai Uji Oktan Palsu

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Senin, 06 Okt 2025 14:53 WIB
Pengendara saat isi BBM di SPBU Kota Medan. (dok. Pertamina)
Foto: Pengendara saat isi BBM di SPBU. (dok. Pertamina)
Jakarta -

PT Pertamina Patra Niaga kembali mengimbau masyarakat untuk tidak mudah mempercayai informasi-informasi tak resmi seputar pendistribusian sekaligus kualitas bahan bakar minyak (BBM) yang dijual oleh perusahaan. Imbauan tersebut disampaikan seiring banyaknya praktik manipulasi atau penyesatan informasi seperti hoaks.

Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun, menyebut penyebaran hoaks ini dilakukan oleh pihak yang tak bertanggungjawab dan diarahkan kepada Pertamina dan Pemerintah. Maka dari itu Pertamina Patra Niaga merasa perlu untuk meluruskan sejumlah informasi hoaks yang beredar di media sosial.

Berikut adalah 4 hoaks dan misinformasi yang kerap beredar di masyarakat dan fakta sebenarnya:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Informasi Pengujian RON BBM dengan Alat Portabel

Roberth mengatakan metode pengujian Research Octane Number (RON) BBM dengan alat portabel yang kerap beredar di tengah masyarakat tidak dapat dijadikan dasar pengujian resmi untuk menentukan angka oktan suatu BBM. Karena secara teknis maupun berdasarkan standar baku internasional pengecekan oktan BBM hanya bisa dilakukan oleh mesin CFR (Cooperative Fuel Research Engine).

"Mesin CFR merupakan satu-satunya alat yang disertifikasi secara global untuk mengukur ketahanan bahan bakar terhadap detonasi yang menimbulkan knocking melalui proses pembakaran nyata dengan parameter suhu, tekanan, dan rasio kompresi yang dikontrol ketat," kata Roberth dalam keterangan resminya, Senin (6/10/2025).

ADVERTISEMENT

Pengujian yang dilakukan dengan alat portabel seperti Oktis-2 terhadap berbagai jenis BBM seringkali menunjukkan hasil yang bervariasi. Ada yang lebih rendah atau lebih tinggi dari standar sebenarnya, sehingga membuktikan bahwa alat tersebut tidak memiliki akurasi dan kepresisian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

"Di dalam alat ini juga terdapat pilihan sistem pengukuran USA dan RUS (Eropa), di mana Eropa menggunakan standar RON, sementara USA menggunakan AKI (Anti Knocking Index atau setengah dari penjumlahan RON dan MON)," paparnya.

Secara konversi RON 98 di Eropa setara dengan AKI 91-92, sehingga di Amerika Serikat memang tidak dikenal istilah RON 98. Alat Oktis-2 hanya mengukur sifat dielektrik (penghantaran listrik) dari bahan bakar bukan mengukur RON dan tidak ada hubungan antara sifat dielektrik dengan RON.

2. Pembatasan pengisian BBM

Roberth mengatakan belakangan ini beredar informasi pembatasan pengisian BBM hingga 7 hari untuk mobil dan 4 hari untuk motor, serta larangan bagi penunggak pajak kendaraan. Ia memastikan informasi ini adalah hoaks alias salah.

"Penyaluran BBM, khususnya BBM Subsidi, tetap berjalan sesuai ketentuan pemerintah melalui mekanisme yang berlaku agar lebih tepat sasaran dan transparan. Hal ini juga sudah disampaikan oleh Kementerian ESDM melalui juru bicara KESDM," jelasnya.

3. Adanya kebakaran SPBU akibat kebijakan pembatasan BBM

Roberth juga memastikan bahwa informasi terkait adanya peristiwa kebakaran SPBU akibat kebijakan pembatasan BBM juga 100% salah alias hoaks. Dalam banyak kasus, video yang digunakan untuk menarasikan kebohongan ini adalah video lama yang tidak ada sangkut paut dengan narasi.

"Video yang beredar adalah rekaman lama dari peristiwa berbeda, yaitu insiden kebakaran SPBU di Aceh pada tahun 2024," terang Roberth.

4. SPBU di Lumajang Digeruduk

Sebuah video viral menarasikan masyarakat tengah menggeruduk SPBU di kawasan Lumajang adalah Hoaks. Sebab kejadian serta perkara yang ada di dalam video tidak sesuai dengan fakta di lapangan.

"Kejadian sebenarnya adalah pada Rabu, 17 September 2025, ketika ada karnaval di Desa Sentul, Lumajang. Karena hujan deras, penonton berdesakan berteduh di area SPBU yang sudah tutup sejak pukul 21.00 WIB. Keributan terjadi akibat pengaruh minuman keras, bukan karena layanan SPBU. Tidak ada penjarahan atau kerusakan, hanya sampah yang berserakan keesokan harinya," jelas Roberth.

Imbauan Pertamina

Roberth mengatakan penyebaran hoaks dan informasi palsu ini sangat disayangkan Pertamina. Sebab penyebaran hoaks ini tidak saja merupakan pencemaran nama baik Pertamina sebagai BUMN namun juga terhadap pemerintah selaku regulator.

Karenanya perusahaan terus mengimbau masyarakat agar jeli dan teliti terhadap berbagai bentuk disinformasi yang sering beredar. Dalam hal ini masyarakat dapat memastikan kebenaran informasi melalui kanal resmi perusahaan yakni Pertamina Call Center 135 dan akun resmi media sosial Pertamina.

"Masyarakat perlu mewaspadai hoaks lainnya seperti adanya hoaks seperti pembatasan pembelian BBM akhir-akhir ini dan juga informasi seperti pengujian-pengujian yang tidak dilakukan oleh ahlinya serta informasi-informasi hoaks lainnya seperti rekrutmen fiktif yang mengatasnamakan Pertamina," tutup Roberth.

Simak juga Video Tanggapan Bahlil Digugat Imbas BBM Swasta Langka

(igo/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads