Kemandirian energi tak tercipta dalam semalam. Ia dibangun dari kerja panjang, konsistensi, dan visi besar. Di balik kilang, pipa, dan mesin-mesin raksasa, ada tekad ribuan insan Pertamina yang bekerja untuk satu cita-cita: menjadikan Indonesia berdiri di atas kaki sendiri dalam hal energi.
Dari Sabang hingga Merauke, proyek-proyek strategis tengah digarap, dan salah satu yang paling monumental adalah Revamping Development Master Plan (RDMP) Balikpapan di Kalimantan Timur, yang kini mendekati tahap penyelesaian akhir.
Proyek senilai US$ 7,4 miliar ini ditargetkan mulai beroperasi pada 17 November 2025, dan akan menjadikan Kilang Balikpapan sebagai kilang terbesar di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proyek RDMP Balikpapan bukan hanya investasi besar secara ekonomi, melainkan juga simbol dari tekad Indonesia untuk membangun kemampuan teknis dan infrastruktur energi secara mandiri. Melalui peningkatan kompleksitas kilang dan penerapan teknologi modern, produksi BBM di kilang ini akan berstandar Euro V, yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Dari sisi sosial dan ekonomi, pembangunan proyek ini juga memberi manfaat nyata bagi masyarakat sekitar. Ribuan tenaga kerja lokal terserap, sementara UMKM di Balikpapan ikut tumbuh untuk memenuhi kebutuhan logistik dan konsumsi proyek. Tak hanya membangun kilang, Pertamina juga menanamkan nilai keberlanjutan, mendorong transformasi hijau melalui efisiensi energi dan pengurangan emisi.
Ketika kilang ini mulai beroperasi pada November 2025, bukan hanya mesin-mesin raksasa yang akan berputar, tetapi juga roda harapan bangsa. Proyek RDMP Balikpapan menjadi simbol dari kemampuan Indonesia membangun kemandirian energi dengan tangan sendiri, menghadirkan manfaat ekonomi, membuka lapangan kerja, dan memberi kebanggaan bagi setiap insan yang terlibat di dalamnya.
Dan di tengah hiruk-pikuk kota Balikpapan yang terus tumbuh, kilang itu akan berdiri bukan hanya sebagai infrastruktur industri, tetapi sebagai penanda bahwa energi untuk masa depan negeri ini lahir dari kerja keras, keyakinan, dan semangat untuk berdaulat di rumah sendiri.
"Target untuk penyelesaian RDMP Balikpapan kami usahakan akan mulai start pada 10 November 2025, dan diharapkan pada 17 November sudah beroperasi," kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI dikutip, Senin (27/10/2025).
Dengan beroperasinya proyek RDMP Balikpapan, kapasitas pengolahan minyak mentah nasional akan meningkat signifikan dari 260 ribu barel per hari (kbpd) menjadi 360 ribu barel per hari (kbpd). Peningkatan kapasitas ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan bakar minyak sekaligus memperkuat posisi Pertamina sebagai tulang punggung energi nasional.
Sementara itu Corporate Secretary KPI Hermansyah Y Nasroen mengatakan Refinery Unit V Balikpapan bakal menjadi kilang terbesar di Indonesia, menggeser Refinery Unit IV Cilacap yang kapasitas produksinya 348.000 barrel per hari. Menurut Hermansyah, Kilang Balikpapan juga bakal menjadi salah satu kilang terbesar di Asia Tenggara.
"Kalau di Asia Tenggara Kilang Balikpapan ini jadi salah satu yang terbesar," sebutnya.
Sebagai informasi, Kilang Balikpapan memiliki dua Crude Distillation Unit (CDU). Pertama adalah CDU IV yang ditingkatkan kapasitas pengolahannya dari semula 200 kilo barel per day (kpbd) menjadi 300 kpbd. Kemudian CDU V sebesar 60 kpbd.
Selain meningkatkan kapasitas, proyek RDMP juga bertujuan memperbaiki kualitas produk dan menurunkan harga pokok produksi bahan bakar minyak (BBM). Hal ini akan mendorong peningkatan devisa serta penerimaan pajak, dan membantu mewujudkan kemandirian energi serta menekan defisit neraca perdagangan (current account deficit/CAD) dengan menurunkan impor produk BBM dan petrokimia secara signifikan.
Proyek ini mengusung aspek keberlanjutan dan lingkungan dengan menghasilkan produk berkualitas tinggi berstandar Euro 5 yang memiliki kandungan sulfur lebih rendah sehingga lebih ramah lingkungan. Proyek ini disebut akan memberikan multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi daerah dengan melibatkan perusahaan lokal.
Lalu menciptakan lapangan kerja lokal, dan menargetkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sebesar 30%-35%. Selain itu, dengan penambahan produksi BBM, LPG dan petrokimia nasional, diharapkan dapat menghemat defisit neraca perdagangan Indonesia hingga US$ 2 miliar per tahunnya.
(prf/ega)











































