Potensi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sangat melimpah di Indonesia, mulai dari panas bumi hingga air. Potensi ini nampaknya benar-benar dimanfaatkan oleh PT PLN (Persero).
Misalnya sumber daya air yang berasal dari Danau Tondano yang dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tonsea Lama di Minahasa, Sulawesi Utara. PLTA ini memiliki total kapasitas terpasang mencapai 12,8 MW. Dengan kapasitas tersebut PLTA ini mampu melistriki wilayah Sulawesi Utara dan Gorontalo.
"Untuk PLTA Tonsea Lama itu sendiri, unit 1 itu 4 MW. kapasitasnya 4 MW, kemudian unit 2 itu 4,5 MW. Dan unit 3 kapasitasnya 4,3 MW. Kemudian untuk kelistrikan di Sulawesi Utara dan Gorontalo," kata Asisten Manajer Operasi PLN Nusantara Power Unit Pembangkitan Minahasa, Oudy F. Rumbajan saat ditemui di PLTA Tonsea Lama, Kabupaten Minahasa, ditulis Jumat (31/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oudy mengatakan PLTA Tonsea Lama merupakan salah satu PLTA tertua di Indonesia. PLTA ini pertama kali dibangun oleh perusahaan Belanda s'Lands Waterkracht Bedriven pada tahun 1929 dan mulai beroperasi pada 1949 dengan kapasitas awal 4 Megawatt (MW).
Meski usia PLTA Tonsea Lama sudah berumur, namun sebagian komponen PLTA Tonsela Lama peralatan masih dapat berfungsi dengan baik.
"Beberapa peralatan memang sudah kami ganti karena sudah usang, namun sebagian lainnya tetap kami pertahankan karena masih kompatibel dengan sistem kontrol yang ada," kata Oudy.
Jaga Pasokan Listrik
Oudy mengatakan dengan memanfaatkan air sebagai bahan baku PLTA, pihaknya bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Minahasa, Balai Wilayah Sungai (BWS), dan TNI mengeruk area sungai yang dangkal akibat sedimentasi. Pengerukan ini dilakukan mulai dari bagian hulu hingga hilir, khususnya di sekitar lokasi water intake dan pintu air, di mana biasanya terjadi penumpukan material sedimen seperti pasir dan lumpur.
Selain itu, ia juga menyoroti permasalahan sampah yang ada di Danau Tondano. Ia berharap dengan sosialisasi yang terus dilakukan bersama dapa membuat Danau Tondano bebas dari sampah.
"Dan yang penting pak, kami butuh dukungan dari Pemda setempat dan juga pihak terkait, pertama Badai Wilayah Sungai, agar supaya kami berkolaborasi untuk menjaga kesinambungan Danau Tondano agar PLTA ini dapat beroperasi untuk melistriki masyarakat," katanya.
Oudy juga mengungkapkan bahwa ketika musim kemarau panjang tiba, pihaknya berkerja sama dengan BRIN melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) berbasis drone untuk meningkatkan produksi PLTA.
"TMC sudah kami lakukan sebagai inovasi buat kami supaya ada air di danau. Naik elevasi air," katanya.
PLTP Lahendong
Tidak hanya mengandalkan energi dari air, PLN juga memanfaatkan energi panas bumi sebagai sumber listrik yang ramah lingkungan untuk masyarakat. Di Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara berdiri Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong yang mengaliri listrik area Sulawesi Utara (Sulut) dan Gorontalo.
Manager Unit Layanan Pusat Listrik PLTP Lahendong PLN IP, H.S.M Saragih mengatakan PLTP Lahendong memiliki 4 unit yang terbagi di dua lokasi. Untuk PLTP Lahendong Unit 1 dan 2 terletak doi Kecamatan Tomohon Selatan, Kelurahan Tondangow.
Sementara unit 3 dan 4 berlokasi di Kecamatan Tomohon Selatan Kelurahan Pangolombian. Total kapasitas PLTA Lahendong ini mencapai 4x20 Mega Watt (MW) atau total 80 MW.
"Untuk lahendong sendiri sudah menyuplai sebesar kurang lebih 18% untuk sistem Sulawesi Utara dan Gorontalo," katanya.
Selain itu, Saragih mengatakan PLTP Lahendong juga memiliki kontribusi besar terhadap penurunan emisi karbon. Pembangkit ini telah memperoleh Renewable Energy Certificate (REC), sebagai pengakuan bahwa energi listrik yang dihasilkan berasal dari sumber energi terbarukan.
"Nah untuk PLTP lahendong sendiri Bapak Ibu juga udah sangat berperan ya di kontribusi penurunan emisi, artinya Lahendong tersertifikasi REC," katanya.
Simak juga Video 'Dirut PLN Ungkap Strategi Ciptakan Listrik dari Energi Hijau':








































.webp)













 
     
  
  
  
  
  
  
 