Negara Kaya Minyak Dilanda Krisis Air Parah, Terancam Kering!

Negara Kaya Minyak Dilanda Krisis Air Parah, Terancam Kering!

Ilyas Fadilah - detikFinance
Sabtu, 08 Nov 2025 15:19 WIB
Traffic flows past a huge billboard bearing a painting of a missile falling on Israel with the slogan in Farsi: β€œThe missile has fallen amidst the demons,” on a main road in central Tehran on July 16, 2025. (AFP)
Ibu Kota Iran, Teheran.Foto: AFP
Jakarta -

Iran dilanda krisis air minum. Negara di Timur Tengah itu terancam mengalami kekeringan dalam beberapa waktu ke depan. Bendungan Amir Kabir, salah satu dari lima bendungan yang memasok air minum Teheran, hanya menyimpan 14 juta meter kubik air atau 8% dari total kapasitasnya.

"Dengan volume sebesar itu, bendungan tersebut hanya bisa memasok Teheran selama dua minggu," ujar Direktur Perusahaan Air Teheran, Behzad Parsa, dilansir dari Al-Jazeera, Sabtu (8/11/2025).

Iran yang meurpakan salah satu produsen minyak terbesar dunia itu menghadapi kekeringan terburuk dalam beberapa dekade. Saking parahnya, salah satu pejabat menyebut hujan di Teheran 'hampir belum pernah terjadi selama satu abad'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kelangkaan air berbanding terbalik dengan sumber minyak yang melimpah di negara tersebut. Iran diketahui berada di posisi 9 negara produsen minyak terbesar dunia dengan produksi 3,9 juta barrel per hari, atau 4% dari total produksi dunia.

Dengan cadangan minyak sekitar 157 miliar barel, Iran menguasai 24% cadangan minyak kawasan Timur Tengah dan 12% cadangan minyak dunia. Negara itu merupakan produsen minyak terbesar kesembilan di dunia dan keempat terbesar di OPEC.

ADVERTISEMENT

Dari jumlah tersebut, sekitar 2 juta barel minyak mentah dan bahan bakar olahan diekspor setiap hari. Pada 2023, pendapatan ekspor minyak bersih Iran diperkirakan mencapai US$ 53 miliar, melonjak dibanding US$37 miliar pada 2021.

Meski perekonomian Iran lebih terdiversifikasi dibanding banyak negara tetangganya, sektor minyak tetap menjadi sumber pemasukan utama pemerintah.

Namun selama bertahun-tahun, produksi minyak Iran berada jauh di bawah potensinya akibat minimnya investasi asing dan sanksi internasional yang berkepanjangan.

Kembali ke krisis air, Teheran yang merupakan kota metropolitan berpenduduk lebih dari 10 juta jiwa berada di lereng selatan Pegunungan Alborz, yang puncaknya mencapai 5.600 meter dan mengalirkan air ke sejumlah waduk.

Setahun lalu, Bendungan Amir Kabir masih menampung 86 juta meter kubik air, kata Parsa, namun kini wilayah Teheran mengalami penurunan presipitasi 100%. Parsa tidak menjelaskan kondisi empat bendungan lainnya dalam sistem tersebut.

Media Iran melaporkan, warga Teheran mengonsumsi sekitar tiga juta meter kubik air per hari. Untuk menghemat pasokan, air di sejumlah permukiman telah diputus dalam beberapa hari terakhir, sementara pemadaman air sering terjadi sepanjang musim panas.

Pada Juli dan Agustus, pemerintah sempat menetapkan dua hari libur umum untuk menghemat air dan energi, di tengah gelombang panas yang membuat suhu melampaui 40 derajat Celsius di Teheran dan mencapai lebih dari 50 derajat Celsius di beberapa wilayah.

"Krisis air jauh lebih serius daripada yang dibicarakan saat ini," peringatan Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada waktu itu.

Kelangkaan air menjadi masalah besar di seluruh Iran, terutama di provinsi-provinsi kering di bagian selatan. Kekurangan ini kerap dikaitkan dengan salah urus, eksploitasi berlebihan sumber air tanah, serta dampak perubahan iklim.

Tetangga Iran, Irak, juga menghadapi kondisi serupa dengan mengalami tahun terkering sejak 1993. Debit sungai Tigris dan Eufrat turun hingga 27 persen akibat minimnya hujan dan pembatasan air dari hulu, yang kemudian memicu krisis kemanusiaan parah di wilayah selatan negara itu.

(ily/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads