Tambang bawah tanah milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di area Grasberg Block Cave (GBC) Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah hingga kini belum bisa beroperasi imbas insiden longsor yang terjadi pada September 2025 kemarin. Akibatnya produksi emas perusahaan pada 2026 mendatang turun cukup dalam.
Wakil Presiden Direktur Freeport Indonesia, Jenpino Ngabdi, mengatakan dalam kondisi normal smelter milik perusahaan di Gresik dapat memproduksi sekitar 50-60 ton emas per tahun. Sebagian besar produk emas yang dihasilkan diserap oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam.
"Untuk produksi saya pikir normal production kita itu setahun sekitar 50-60 ton ya. Untuk tahun ini mungkin kita maksimum 15 ton. Sebagian besar juga kita supply ke Antam," kata Jenpino saat ditemui wartawan dalam acara Bullion Connect 2025 di The Gade Tower, Jakarta Pusat, Rabu (12/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, karena ada insiden longsor di salah satu area tambang perusahaan, lini produksi emas Freeport secara keseluruhan diperkirakan mengalami penurunan hingga 30% pada 2026 mendatang.
"Untuk tahun depan kemungkinan supply atau produksi kita ya berkurang 30% dari kondisi normalnya ya. Karena mungkin kita ketahui ada insiden. Jadi mungkin kita kembali normal supply 50-60 ton di tahun 2027," terangnya.
Sebagai informasi, sebelumnya PT Freeport Indonesia (PTFI) berencana untuk kembali mengoperasikan area tambang bawah tanah yang tidak terdampak longsor. Sebab selain area Grasberg Block Cave (GBC), Freeport masih memiliki dua area tambang bawah tanah lainnya.
Kedua tambang bawah tanah itu adalah yakni Deep Mill Level Zone dan Big Gossan yanh sampai saat ini juga tidak beroperasi imbas insiden longsor di GBC. Padahal, kedua area tambang ini tidak mengalami ataupun terkait sama sekali dengan longsor itu.
Karenanya saat ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengkaji rencana PTFI mengoperasikan kembali dua tambang bawah tanah itu untuk menggenjot produksi emas nasional.
"Tambang di sana itu kan ada dua. Di bagian yang kena musibah, itu kita belum melakukan pergerakan apa-apa, sambil kita mempelajari. Tambang underground di Freeport itu kan gede. Kalau di-kilo-kan di garis lurus itu sekitar 300 km lebih. Ada bagian yang memang tidak ada kaitannya dengan musibah. Ini lagi di-exercise untuk bagaimana bisa kita produksi," kata Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat ditemui wartawan di Kantor Kementerian ESDM, Senin (10/11/2025).
"Kalau tidak kita produksi itu dampaknya nanti kepada pendapatan negara, karyawan di sana, kemudian pendapatan daerah, dan juga adalah kontinuitas terhadap smelter yang ada di Gresik," jelasnya lagi.
Tonton juga video "Kata Bahlil, Saham Pemerintah di Freeport Bertambah 12%"
(igo/fdl)










































