PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) melaporkan realisasi produksi minyak perusahaan secara year to date (YTD) baru mencapai 151.000 barel per hari (bph) per Oktober 2025. Angka ini berada di bawah target sebesar 167.000 bph.
Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan Ruby Mulyawan mengatakan, supali listrik dan gas menjadi biang kerok penurunan produksi minyak. Di mana, pasokan listrik
berasal dari dua sumber yakni PT PLN (Persero) dan PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN).
"Kalau dilihat dari perjalanan satu tahun ini memang ada beberapa event-event yang cukup signifikan membuat produksi itu berkurang atau turun, itu terkait utamanya dengan kelistrikan. Jadi listrik yang disediakan dari unit yang dikelola oleh PLN itu ada empat kali majeure shutdown sehingga produksi itu turun," kata Ruby dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI, Rabu (12/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di samping itu, ketersediaan suplai gas yang lebih rendah dibandingkan kebutuhan operasional, juga menjadi hambatan. Ruby mengatakan pihaknya membutuhkan gas sebesar 210 hingga 220 miliar British thermal unit per hari (Billion British Thermal Unit per Day/BBTUD).
Namun sejak tahun lalu sebetulnya PHR telah kekurangan pasokan hingga 20-25 BBTUD. Alhasil mengakibatkan penurunan total power supply Rokan dan produksi steam sehingga perlu mematikan sumur produksi dan penurunan injeksi steam yang mengakibatkan penurunan produksi.
"Sejak November 2024 kami itu shortage sekitar 20-25 BBTUD. Sehingga ada LPO ini sampai perjalanannya hari ini masih di sekitaran 2.500-an barrel oil per day. Jadi artinya kalau gas itu bisa didapatkan cukup tentu kita bisa meningkatkan produksi mungkin di 2.500," paparnya.
"Jadi dua hal itu yang jadi kendala yang harus ditindaklanjuti di tahun depan," tegas Ruby.
Sementara untuk target produksi minyak PHR pada 2026 mendatang hanya 154.000 bph. Angka ini lebih rendah dibanding target pada 2025 yakni 167.000 bph. Sebab tahun depan PHI Jambi Merang selaku salah satu penyuplai gas di Rokan akan menutup sebagian produksinya.
"Untuk tahun depan kami sudah berdiskusi dengan SKK Migas juga dan secara keteknisan kami sepakati di 154.000 barrel oil per day. Ini sudah termasuk adanya dua rencana plan shutdown," terangnya.
"Jadi kalau itu gasnya berkurang lagi, berarti listrik dan steam berkurang lagi. Kami kalau bisa lagi berusaha mencari titik optimum dan mungkin bisa sedikit membantu untuk menghilangkan dampak produksinya," pungkasnya.
Simak juga Video: Pertamina Temui Purbaya, Bahas Kilang Minyak?











































