Jakarta -
Beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dikabarkan akan ikut memiliki saham PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) pengelola sistem pembayaran LinkAja. Rumor terbaru, maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk akan ikut menggenggam saham LinkAja.
Selain Garuda, ada juga BUMN migas PT Pertamina (Persero) yang dikabarkan ikut masuk. Memang, Pertamina bukan pertama kali digadang-gadang masuk ke sistem pembayaran tersebut.
Sebelumnya, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Survei dan Konsultasi Kementerian BUMN Gatot Trihargo menyebut sejumlah perusahaan BUMN akan menjadi pemilik saham LinkAja. Pertamina masuk dalam daftar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia bilang, komposisi pemegang saham LinkAja nantinya terdiri dari Telkomsel 25%, Bank Mandiri 20%, Bank Negara Indonesia (BNI) 20% dan Bank Rakyat Indonesia 20%. Kemudian Bank Tabungan Negara (BTN) 7%, Pertamina 7% dan Jiwasraya 1%.
Lantas benarkah Garuda ikut masuk ke LinkAja? Siapa saja yang akan masuk ke LinkAja? Berikut berita selengkapnya:
Soal Garuda Indonesia mau masuk LinkAja tergolong kabar baru. Saat dikonfirmasi, Head of Corporate Communication LinkAja Putri Dianita Ruswaldi belum bisa memberikan keterangan terkait akan masuknya Garuda Indonesia.
"Kalau Garuda so sorry aku belum bisa kasih konfirmasi apa-apa sekarang," katanya kepada detikFinance, Senin (22/7/2019).
Selain Garuda Indonesia, PT Pertamina (Persero) juga menyuntik modal ke LinkAja. Untuk yang satu ini Putri membenarkan Pertamina menyuntikkan dana dan jadi pemegang saham LinkAja, namun dia enggan menyebut porsi kepemilikan Pertamina.
"Kalau Pertamina iya, betul," ujarnya.
Putri juga masih enggan membeberkan porsi pemegang saham LinkAja saat ini. "Rincian detail saham juga belum bisa aku disclose maaf ya, mungkin bisa ditanya ke pihak calon pemegang sahamnya langsung ya sementara," terangnya.
Saat ini, porsi saham Finarya pengelola LinkAja 100% dikuasai PT Telekomunikasi Seluler (Telkomesel) yang merupakan anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Mengutip keterbukaan Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (22/7/2019), pada 1 Maret 2019, Finarya bersama TLKM menandatangani lembar kesepakatan sehubungan penerbitan saham baru oleh Finarya. Nantinya saham baru itu dibeli investor yang merupakan perusahaan-perusahaan BUMN.
"Transaksi penerbitan saham baru Finarya yang ditawarkan kepada para investor tersebut diatur dalam Perjanjian Penyetoran Saham Bersyarat yang mengatur secara rinci tentang pelaksanaan penyetoran saham Finarya. Setelah Perjanjian Penyetoran Saham Bersyarat ditandatangani maka para investor menandatangani Perjanjian Pemegang Saham, dengan demikian para investor terikat dengan perjanjian tersebut," bunyi keterangan TLKM.
"Dalam hal terdapat pihak yang belum menandatangani perjanjian pemegang saham maka pihak tersebut dapat menjadi pihak dalam perjanjian tersebut dengan menandatangani akta aksesi," bunyi keterangan itu lebih lanjut.
Akta aksesi ialah akta yang ditandatangani oleh Investor BUMN lain, di mana Investor tersebut setuju untuk tunduk dan menjadi pihak atas Perjanjian Penyetoran Saham Bersyarat dan setuju untuk memberlakukan pihaknya setiap hak dan kewajiban yang melekat, terhadap Telkomsel dan para investor di dalam perjanjian penyetoran saham bersyarat.
Dalam keterangan itu dijelaskan, penyetoran terhadap saham baru dilakukan dalam 3 tahap yang merupakan satu kesatuan.
Penyetoran saham tahap I paling lambat pada tanggal 31 Juli 2019 atau tanggal lain yang disepakati Finarya dan para investor dengan total saham baru yang diterbitkan 66.526 saham baru dengan nilai setoran Rp 665,26 miliar. Investor yang akan melakukan penyetoran yakni Telkomsel, entitas dalam grup Bank Mandiri, BRI, BNI, Jiwasraya, dan Danareksa.
Penyetoran saham tahap II paling lambat 31 Oktober 2019 atau tanggal lain sesuai kesepakatan, dengan total saham baru yang diterbitkan 18.600 saham baru dengan nilai penyetoran Rp 186 miliar. Investor yang akan melakukan penyetoran adalah Telkomsel, entitas dalam grup BTN dan Pertamina.
Penyetoran tahap III dilaksanakan paling lambat 31 Desember 2019 atau tanggal lain sesuai kesepakatan. Penyetoran tahap III terbagi dalam dua bagian, IIIA dan IIIB.
Penyetoran saham tahap IIIA, jika sejak tanggal perjanjian penyetoran saham bersyarat sampai 31 Oktober 2019 terdapat Investor BUMN lain yang telah menandatangani akta aksesi. Maka, total saham baru yang diterbitkan Finarya 80.000 saham baru dengan nilai penyetoran Rp 800 miliar. Pada tahap ini, yang akan melakukan penyetoran adalah Telkomsel, entitas dalam Grup Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, Pertamina, dan Investor BUMN lain.
Penyetoran saham tahap IIIB, jika selama masa tenggang hanya Telkomsel, entitas dalam grup Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN dan Pertamina yang melakukan penyetoran maka saham baru yang diterbitkan Finarya 80.000 saham baru dengan nilai penyetoran Rp 800 miliar.
Transaksi tersebut akan mengubah porsi saham di LinkAja. Nantinya, Telkomsel tak menggenggam 100% saham LinkAja.
Masih dalam keterangan yang sama, maka komposisi pemegang saham Finarya jika terdapat Investor BUMN lain menjadi Telkomsel 25%, entitas grup Bank Mandiri 17,03%, BRI 17,03%, BNI 17,03%, BTN 6,13%, Pertamina 6,13%, Jiwasraya 1%, Danareksa 0,63%, Investor BUMN lain 10,2%.
Sementara, jika tidak terdapat Investor BUMN lain, maka komposisinya Telkomsel 25%, Mandiri 19,71%, BRI 19,71%, BNI 19,71%, BTN 7,12%, Pertamina 7,12%, Jiwasraya 1%, dan Danareksa 0,63%.
Halaman Selanjutnya
Halaman