Cuan Tinggi Saat Pandemi

Cuan Tinggi Saat Pandemi

Angga Aliya ZRF - detikFinance
Rabu, 07 Apr 2021 18:46 WIB
Bitcoin Melambung Di Atas 20 Ribu Dolar, Bakal Jadi Incaran Investor Awam?
Foto: DW (News)
Jakarta -

Pandemi virus Corona (COVID-19) sudah berjalan lebih dari satu tahun. Efek negatif pandemi ini terhadap industri banyak sekali, mulai dari PHK di berbagai sektor hingga investasi individu yang amburadul.

Tengok saja investasi di pasar modal yang sempat berantakan gara-gara virus ganas tersebut. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh level terendahnya di 3.937,63 pada 23 Maret 2020.

Selain itu, bunga deposito juga turun terus seiring dengan dipangkasnya bunga acuan Bank Indonesia (BI) yaitu BI Seven Days Repo Rate yang sekarang berada di level 3,5%. Namun ada fenomena menarik di tengah situasi pandemi yang serba tidak pasti ini. Cryptocurrency alias uang kripto jadi mulai dilirik investor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Uang digital yang tidak punya bentuk fisik ini bukan barang baru. Pada 2009 silam, orang tak dikenal yang mengaku bernama Satoshi Nakamoto membuat mata uang virtual bernama Bitcoin.

Bitcoin baru bikin heboh di beberapa tahun ke depan setelah peluncurannya. Makin banyak orang menggunakan Bitcoin karena transaksinya tidak terdeteksi. Harga Bitcoin pun makin lama makin naik seiring jumlah pengguna yang semakin banyak.

ADVERTISEMENT

Popularitas Bitcoin baru meroket setelah didorong oleh cuitan-cuitan Elon Musk, pendiri perusahaan mobil listrik Tesla. Musk yang bisa dibilang keranjingan Bitcoin ini punya koleksi mata uang kripto yang jumlahnya cukup besar.

Peran publik figur juga mempengaruhi naik turunnya harga Bitcoin, apalagi kalau mereka rajin mempromosikan mata uang digital tersebut. Hal itu bisa mendorong kepercayaan orang kepada mata uang digital tertentu semakin kuat, akhirnya tercipta demand yang tinggi.

Cuitan-cuitan Musk di media sosial ini mulai menarik perhatian investor di seluruh dunia, terutama para investor saham yang selama ini menyaksikan pasar saham jatuh di tengah pandemi.

Alhasil para investor ini sekarang mulai coba-coba masuk ke uang kripto dan membuat nilai uang-uang kripto pun melonjak. Contoh saja, harga Bitcoin sebelum pandemi itu ada di kisaran Rp 100 jutaan, setelah pandemi langsung melonjak hingga di atas Rp 800 juta.

Investor Indonesia pun tak mau ketinggalan mencicipi gurihnya cuan uang kripto. Menurut CEO Indodax Oscar Darmawan lonjakan mata uang kripto itu disebabkan beberapa hal.

"Harganya tergantung market, jadi yang membuat harga bitcoin tinggi atau rendah bukan intervensi perusahaan, bukan juga negara. Tapi karena proses demand and supply di market sendiri," kata Oscar.

Pembelian Bitcoin secara borongan juga menjadi faktor yang membuat harganya melambung. Selain Tesla, Oracle milik miliuner Larry Ellison juga termasuk yang paling rajin beli Bitcoin.

"Jika pembelian atau permintaan masif terus terjadi, maka kemungkinan besar harga Bitcoin akan terus meningkat. Seperti apa yang diprediksi JP Morgan sebelumnya, Bitcoin bisa mencapai Rp 2 miliar pada tahun ini atau tahun depan," kata Oscar.

Gimana Cara Beli Bitcoin? Buruan klik halaman berikutnya.

Harga Bitcoin sudah tembus Rp 800 jutaan. Buat yang mau beli gimana ya? Apakah harus punya uang Rp 800 juta dulu? Tentu tidak. Bitcoin bisa bisa dibeli dengan hanya modal Rp 10.000 saja lho.

"Pemula bisa mencoba trading dengan modal Rp 10.000 saja. Karena bitcoin di Indodax bisa dijual dengan pecahan desimal hingga pecahan terkecil dari Rp 10.000," kata Oscar.

Namun jangan buru-buru beli, pahami dulu seluk beluk Bitcoin itu seperti apa. Paling penting adalah pahami risikonya karena uang kripto ini termasuk aset yang bisa tiba-tiba naik dalam sekejap, dan anjlok tiba-tiba juga.

Pertama, kata Oscar, pahami dulu dari sisi teknologinya, aktivitas market dan lain-lain. Setelah itu pahami regulasinya, karena uang kripto tidak terikat dengan ketentuan bank sentral.

Harga Bitcoin atau mata uang kripto lainnya tidak ditentukan suatu negara atau pemerintah sehingga naik atau turun bebas sesuai mekanisme pasar.

Jadi cryptocurrency ini pergerakannya lebih fluktuatif, risikonya lebih besar, tapi untungnya juga besar. High risk high return.

Oscar juga mengingatkan masyarakat menggunakan uang menganggur atau uang dingin untuk membeli uang kripto. Setelah itu, pilih perusahaan yang berperan sebagai pedagang aset kripto yang sudah terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Uang Kripto vs Valuta Asing vs Saham.

Lonjakan harga Bitcoin tentu membuat banyak orang penasaran. Sejauh mana risiko untuk berinvestasi di sana, dan bagaimana jika dibandingkan dengan investasi di valuta asing (valas).

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono punya pendapat trading valas lebih aman ketimbang Bitcoin atau mata uang kripto lainnya. Pasalnya, valas ada kendali dari bank sentral masing-masing negara.

"Uang sebenarnya lebih aman daripada emas atau Bitcoin. Dalam teknik trading-nya, emas bisa terbang gila-gilaan juga loh, atau bisa anjlok gila-gilaan juga, tapi tidak separah Bitcoin," kata Wahyu.

Wahyu menambahkan, jika memang mau masuk ke investasi Bitcoin sebaiknya dilakukan untuk jangka panjang, bukan trading harian. Alasannya, naik-turunnya Bitcoin dalam jangka pendek sangat luar biasa, namun jika dilihat jangka panjang bisa naik cukup tinggi.

Wahyu juga memberi tips jangan sampai investasi kita disimpan di satu wadah karena risikonya sangat tinggi. Investasi sebaiknya dipecah-pecah ke beberapa instrumen supaya lebih aman.

"Misalnya kita punya aset emas, lalu juga Bitcoin, salah satu naik dan salah satu turun, itu yang dimaksud dengan don't put your eggs in one basket. Dan itu wajar saja. Artinya, ini sebagai salah satu diversifikasi aset," kata Wahyu.

Sementara itu Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi mengatakan kemudahan teknologi membuat jumlah investor ritel saham di Indonesia naik tinggi. Jumlahnya sekarang mencapai 1,69 juta investor dari sebelumnya 1,1 juta, ada kenaikan 56%.

"Ini memang tidak terlepas dari aplikasi (jual-beli saham) yang memberi kemudahan. Ditambah lagi dengan media sosial sehingga membuat begitu mudahnya mereka mendapatkan informasi dan sarana pembelajaran dari mana saja. Dari YouTube, Instagram, Twitter, hingga Facebook," kata Hasan.

Apalagi, kata Hasan, para investor bari ini rata-rata punya banyak waktu untuk belajar hal baru di tengah pandemi. Selain punya waktu, ada uang juga.

Uang yang biasanya dipakai untuk melancong, belanja pakaian baru, dan lain-lain sekarang kan jadi utuh gara-gara pandemi. Akhirnya mereka mencari cara baru untuk menyimpang uangnya tersebut, dan banyak yang masuk ke pasar modal dan aset kripto.

Jika dibandingkan dengan investasi saham, uang kripto risikonya jauh lebih tinggi. Pergerakan harian uang kripto jauh lebih liar dibandingkan saham.

"Kripto bisa jadi alternatif investasi, ini sudah terbuka dan tersedia walaupun di luar jangkauan pasar modal. Kalau profil risikonya cocok silakan saja, dikembalikan kepada strategi dan rencana keuangan masing-masing," kata Hasan.

Seperti berinvestasi saham, ada baiknya berinvestasi uang kripto juga investor mengedukasi dirinya terlebih dahulu. Pahami risikonya jangan cuma cuannya.

"Di pasar modal ada potensi menguntungkan tapi tidak menutup kemungkinan ada kerugian juga, apalagi di kripto, risikonya jauh lebih tinggi. Tentu harus pahami dulu, apakah sudah yakin mau pilih yang mana," tambah Hasan.

Hasan juga mewanti-wanti jangan cuma melihat para pom-pom saham yang cuma posting di medsos ketika cuan saja. Padahal para influencer saham tersebut juga pasti pernah mengalami kerugian, hanya saja kerugiannya tidak diunggah ke medsos.


Hide Ads