Uang kripto terbesar kedua di dunia setelah Bitcoin, yakni Ethereum cetak rekor ke level Rp 39,3 juta pagi ini berdasarkan data situs perdagangan Indodax.
Rekor harga Ethereum itu disebabkan oleh rencana Bank Investasi Eropa atau European Investment Bank (EIB) menerbitkan obligasi digital di jaringan blockchain Ethereum.
Berdasarkan laporan Bloomberg, seorang sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan EIB berencana untuk menerbitkan obligasi digital dua tahun senilai β¬ 100 juta atau setara Rp 1,75 triliun (kurs Rp 17.529). Menurut analis, proses penjualan obligasi itu akan dipimpin oleh Goldman Sachs, Banco Santander, dan Societe Generale.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Kepala Pendapatan SFOX (broker mata yang kripto) Danny Kim, rencana itu memicu pembelian Ethereum dalam jumlah besar. Pasokan Ethereum pun menipis, sehingga harganya melonjak.
"Jumlah ethereum yang ada di bursa terus turun lebih rendah dan menjadi yang terendah dalam satu tahun terakhir. Dengan lebih sedikit pasokan di bursa yang tersedia, kecil kemungkinannya terjadi aksi jual besar-besaran," kata Kim dilansir dari Reuters, Rabu (28/4/2021).
Bank-bank ternama di dunia memang mulai menaruh perhatian besar pada mata uang kripto. Pada Senin kemarin, (26/4), JPMorgan Chase menawarkan untuk mengelola dana Bitcoin.
Bitcoin sendiri adalah mata kripto terbesar di dunia dengan kapitalisasi pasar lebih dari US$ 1 triliun atau lebih dari Rp 14.500 triliun. Meski harganya sempat anjlok di bawah US$ 50.000 beberapa waktu terakhir, pekan ini harga Bitcoin mulai menanjak kembali.
Berdasarkan data Coindesk, harga Bitcoin pagi ini berada di level US$ 55.266,36 atau setara Rp 801 juta per keping.