Bahaya! Hacker Gentayangan di Pasar Keuangan RI, Minta Tebusan Kripto

Bahaya! Hacker Gentayangan di Pasar Keuangan RI, Minta Tebusan Kripto

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 15 Jun 2021 18:48 WIB
Human hand on keyboard,isolated, selective focus, shallow depth of field, concept of work & technology.
Foto: Thinkstock
Jakarta -

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewaspadai aktivitas para hacker di lembaga keuangan Indonesia yang disebut sudah gentayangan dalam beberapa waktu terakhir. Fenomena ini muncul karena meningkatnya transaksi digital.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan keamanan data konsumen atau nasabah perbankan harus ditingkatkan.

"Perbankan mau nggak mau ubah jadi digital produk semua, lending juga gitu. Tapi ada risiko yang kita sebut risiko cyber, apalagi ini hacker sudah mulai bergentayangan untuk menyatroni beberapa lembaga keuangan yang ujung-ujungnya minta dibayar dan itu pembayarannya menggunakan uang kripto, minta kripto karena mungkin itu sulit di-track kalau kripto," kata Wimboh dalam webinar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Selasa (15/6/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wimboh merasa untuk menghadapi tantangan itu tentu tidak mudah. Ia mengharapkan harus ada koordinasi dari semua pihak untuk mengatasi permasalahan tersebut.

"Nah ini tantangan, ini sesuatu yang menjadi perhatian kita bersama. Sehingga kita memang harus sering bagaimana duduk bersama mengatasinya," tutur Wimboh.

ADVERTISEMENT

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga mendorong peningkatan transaksi digital dengan kehati-hatian.

"Selanjutnya ada peluang dorong ekonomi kita melalui ekonomi keuangan digital. Kami melihat di balik pandemi bahwa transaksi ekonomi keuangan digital baik e-commerce, elektronik money, dan digital banking terus meningkat," ujar Perry.

Namun, di sisi lain ia menilai bahwa transaksi keuangan digital ini memiliki risiko yang sangat besar. Risiko yang perlu diwaspadai agar tidak merugikan, salah satunya serangan cyber.

"Ini peluang-peluang dukungan ekonomi dan inklusi ekonomi keuangan yang perlu terus didorong, namun juga mengandung risiko termasuk serangan cyber yang perlu terus diperhatikan," jelasnya.




(das/das)

Hide Ads