Namun ternyata para penambang Bitcoin justru berbondong-bondong ke Plattsburgh, sebuah kota kecil berpenduduk sekitar 19.000 di bagian utara New York. Salah satu alasannya karena sumber energi yang murah, yang berasal dari Sungai Niagara.
Read mengungkapkan para penambang Bitcoin itu menggunakan kuota energi dengan harga 1,9 sen per kilowatt. Namun mereka menyebabkan biaya listrik yang jauh lebih tinggi yang harus dikeluarkan. Setelah kuota itu habis, kata Read, Plattsburgh harus membayar tagihan di seluruh kota untuk selisihnya.
Pada tahun 2018, kota tersebut mengeluarkan moratorium operasi penambangan uang kripto komersial baru setelah penduduk mengeluhkan tagihan mereka yang naik. Larangan itu berakhir pada tahun berikutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Read mengakui dirinya merupakan penggemar uang kripto. Dia bahkan menyebutnya sebagai gelombang masa depan. Namun pada saat yang sama, dia juga mengatakan kota lain harusnya bisa belajar dari apa yang dialami oleh Plattsburgh dengan masuknya penambang Bitcoin.
Misalnya, pemerintah kota harus memperhatikan faktor keberlanjutan dari proses penambangan Bitcoin. Misalnya mendaur ulang sebagian panas yang dihasilkan oleh proses penambangan untuk penggunaan energi yang lain.
Dengan pembatasan China baru-baru ini pada uang kripto, penambangan Bitcoin mungkin menjadi lebih mudah dan lebih menguntungkan di tempat lain.
(das/ara)