Marak Kripto 'Made In Indonesia', Bangga atau Bahaya?

Marak Kripto 'Made In Indonesia', Bangga atau Bahaya?

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 04 Nov 2021 08:30 WIB
Jakarta -

Perkembangan industri aset kripto di tanah air begitu pesat. Bukan hanya dari sisi investornya saja yang bertambah, tapi juga mulai muncul pengembang token itu sendiri.

Aset kripto di Indonesia mulai bermunculan, misalnya Indonesia digital Cooperatives (IDM). Lalu apakah fenomena munculnya kripto lokal ini patut dibanggakan atau malah berisiko bagi industri itu sendiri?

Ketua Umum Asosiasi Perdagangan Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) Teguh Kurniawan Harmanda menjelaskan, pada dasarnya munculnya tokenisasi tujuannya adalah menciptakan ekosistem baru yang bisa memecahkan masalah yang ada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi bukan membuat token atau kripto yang menimbulkan masalah. Kalau lihat Bitcoin awal dibuat, lalu Ethereum itu kan sebenarnya mereka ingin menyelesaikan masalah yang ada, tidak tergantung pada centralize party," tuturnya dalam acara d'Mentor, Rabu (3/11/2021).

Namun hal itu bukan berarti dengan semakin banyaknya token atau kripto yang lahir menunjukkan hal yang positif. Sebab menurut Teguh tidak semua kripto yang lahir bisa membuktikan tujuan awalnya, bahwa token tersebut bisa bermanfaat bagi komunitas itu sendiri.

ADVERTISEMENT

"Koin lokal itu saya bisa dibilang banyak, tapi nilai dari ekonominya itu yang masih harus dikaji terus. Kalau kita ngomongin untuk membuat sebuah token itu setengah jam jadi. Tapi kemudian apakah nilai ekonomi dari token itu ada apa tidak, itu akan tergantung pada pembuktian di komunitas itu tadi," tambahnya.

Menurutnya hal yang paling krusial dalam membuat kripto adalah bagaimana model bisnis diciptakan, ketimbang hanya memikirkan pembuatan token lalu dijual ke publik.

Permasalahannya kata Teguh, di Indonesia pasar kripto masih sangat rapuh. Jika industri ini salah pengembangannya dengan banyaknya kripto yang lahir tak sempurna, maka bisa saja industri ini berakhir berantakan sebelum berkembang sempurna.

"Jadi sangat sensitif, apakah kemudian industri kripto akan kita bawa ke arah yang baik, atau ke arah yang membuat barang ini pecah, ini kan bahaya. Jangan sampai ini menjadi momentum yang pada akhirnya berakhir tidak baik. Karena cukup banyak di negara lain yang tanpa adanya aturan, regulasi yang mumpuni akhirnya jadi bubble di negara tersebut," tegasnya.

Sementara dalam kesempatan yang sama CEO IDM Co-op MC Basyar menerangkan, secara sederhana IDM memang menargetkan bisa berkembang secara global dan ujungnya bisa membiayai super apps.

Namun untuk saat ini pihaknya akan lebih fokus bagaimana token IDM bisa diterima di negeri sendiri. Tujuannya agar uang yang berputar di aset kripto lokal ini tetap ada di dalam Indonesia.

"Ini mengenai permintaan banyaknya komunitas, ayo dong produk lokal ini dibelinya di lokal dulu sebelum ke luar. Supaya uangnya orang Indonesia ada di dalam Indonesia. Bahkan uangnya asing adanya di Indonesia," tuturnya.

Basyar mengaku, IDM sudah mendapatkan beberapa penawaran dari platform trading atau exchange kripto global seperti Hotbit dan Coinsbit. Bahkan IDM sudah lolos audit dari CertiK yang merupakan auditor ternama global untuk menguji smart contract dari token atau koin kripto.

"Tapi aku tetap tunggu, aku berharap ada keberpihakan dari exchanger di Indonesia untuk cobalah produk-produk lokal ini dilihat, diperhatikan, karena biar bagaimanapun developer jatuhnya produsen," tegasnya.


Hide Ads