Dalam kesempatan yang sama Profesional Blockchain, Patria Abditiar mengatakan, secara pribadi dirinya menerima dengan munculnya kripto lokal. Namun dia berharap koin lokal yang muncul benar-benar digarap dengan serius sesuai tujuan pengembangannya dan bisa melebar ke pasar global.
"Terkait koin lokal saya sendiri secara personal tidak punya opini terlalu kuat. Dari 2017 sampai sekarang orang Indonesia yang berusaha membangun koin lokal untuk bangun UMKM dan sebagainya. Tapi sampai sekarang belum ada project yang benar-benar real bisa dipakai. Saya welcome, cuma mungkin bisa dikembangan lebih besar lagi sampai ke dunia," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara Ketua Umum Asosiasi Perdagangan Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) Teguh Kurniawan Harmanda menjelaskan, pada dasarnya munculnya tokenisasi tujuannya adalah menciptakan ekosistem baru yang bisa memecahkan masalah yang ada.
"Jadi bukan membuat token atau kripto yang menimbulkan masalah. Kalau lihat Bitcoin awal dibuat, lalu Ethereum itu kan sebenarnaya mereka ingin menyelesaikan masalah yang ada, tidak tergantung pada centralize party," tuturnya.
Namun hal itu bukan berarti dengan semakin banyaknya token atau kripto yang lahir menunjukkan hal yang positif. Sebab menurut Teguh tidak semua kripto yang lahir bisa membuktikan tujuan awalnya, bahwa token tersebut bisa bermanfaat bagi komunitas itu sendiri.
"Koin lokal itu saya bisa dibilang banyak, tapi nilai dari ekonominya itu yang masih harus dikaji terus. Kalau kita ngomongin untuk membuat sebuah token itu setengah jam jadi. Tapi kemudian apakah nilai ekonomi dari token itu ada apa tidak, itu akan tergantung pada pembuktian di komunitas itu tadi," tambahnya.
(das/zlf)