Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Rudiantara mengatakan financial technology (fintech) mampu mendorong ritel investment di pasar modal Indonesia. Tak hanya itu, fintech juga dinilai mampu meningkatkan daya saing pasar Indonesia.
Setidaknya ada beberapa alasan mengapa fintech mampu melakukan hal tersebut. Pertama menurut Rudiantara adalah investasi di industri fintech yang makin meningkat. Rudiantara mencontohkan beberapa waktu lalu ada investor yang memberikan investasi besar kepada salah satu startup fintech yang menjadikannya 'unicorn'.
"Jadi makin banyak orang, makin banyak investor yang invest di startup fintech di Indonesia," imbuh Rudiantara dalam acara AFTECH Media Workshop, yang digelar virtual, Jumat (19/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian hal tersebut juga didukung oleh jumlah penduduk usia kerja yang tinggi dan belum tersentuh perbankan di Indonesia. Adapun sasaran dari fintech adalah penduduk yang masih under serve dan unbank.
Tak hanya itu, penetrasi internet juga menjadi faktor penting dalam mendorong industri fintech di Indonesia. Rudiantara mengatakan ada 200 juta lebih orang di Indonesia yang memiliki akses internet.
"Terus ada juga kelompok masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan dan regulasi yang juga kondusif di Indonesia," tutur Rudiantara.
Rudiantara juga memaparkan data dari Bank Indonesia jumlah uang elektronik beredar di Bulan September 2021 lebih dari 530 juta dengan total transfer hampir Rp 28 triliun atau tepatnya Rp 27,64 triliun.
Tak hanya itu, OJK juga menyampaikan, pada bulan September lebih dari Rp 14 Triliun disalurkan dalam bentuk pinjaman oleh fintech pendanaan kepada lebih dari 21 juta akun peminjam.
Dari tren tersebut diprediksi industri fintech mampu tumbuh untuk tahun-tahun mendatang. Walau begitu, Rudiantara menuturkan Fintech juga memiliki berbagai tantangan ke depannya, khususnya perluasan di wilayah-wilayah non metropolitan, sebab sekarang fintech masih terkonsentrasi di kota-kota besar.
Ia pun mencontohkan apa yang terjadi di Amerika yang pada tahun 2020 market capitalization fintech mencapai US$ 800 miliar. Hal tersebut menunjukan tren pasar fintech di Amerika yang sangat cepat.
"Bayangkan kalau bank itu market capitalizationnya 10 tahun dari 2010 ke 2020 meningkat kurang dari 2 kali, kalau payment meningkatnya 12 kali. Fintech itu dari tidak ada di tahun 2010, 2020 sudah US$ 800 miliar. Nah, itu kira-kira bagaimana (perkembangan fintech) di Internasional," katanya.
Rudiantara pun mendorong pentingnya penyampaian soal literasi inklusi keuangan, sehingga masyarakat mampu untuk memahami soal financial technology. Ia pun menyampaikan terima kasihnya kepada media yang telah memberikan informasi untuk menggenjot literasi keuangan.
"Tanpa dukungan teman-teman media untuk meningkatkan literasi, pada akhirnya di masyarakat juga tidak akan bisa berjalan secara efektif perkembangan dari fintech ini," ungkapnya.
Hari ini, AFTECH juga menyelenggarakan media workshop yang bertujuan untuk meningkatkan literasi dan pemahaman tentang fintech di Indonesia. Acara ini diisi oleh pembicara dari pengurus AFTECH dan membahas beberapa poin penting soal AFTECH di Indonesia.
(ega/ara)