Mau Cuan dari NFT? Ini 6 Hal yang Harus Disiapkan Pemula

Mau Cuan dari NFT? Ini 6 Hal yang Harus Disiapkan Pemula

Siti Fatimah - detikFinance
Kamis, 25 Nov 2021 07:44 WIB
Jakarta -

Popularitas Non Fungible Token (NFT) sebagai aset digital semakin meningkat belakangan ini. Bahkan, di Indonesia sudah banyak yang meraup cuan dari hasil menjual karya seni digital (aset) melalui NFT. Beberapa di antaranya dapat membayar biaya kuliah, biaya perawatan kesehatan hingga membeli kendaraan dari hasil penjualan.

Sebagai warga +62 dirasa sangat penting untuk mengetahui apa itu NFT agar dapat mengikuti arus perkembangan zaman sekaligus bisa menjadi peluang untuk mendapatkan uang tambahan.

Founder Indonesian NFT, Budi Santosa mengatakan, NFT adalah teknologi dalam blockchain yang menempatkan aset-aset digital tersertifikasi. Secara sederhananya, jika Anda memiliki karya digital dalam bentuk jpeg, png, dan sebagainya bisa disertifikasi melalui NFT sekaligus diperjualbelikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi aset-aset digital yang kita upload masukkan ke blockchain itu akan mempunyai sebuah token unik yang enggak bisa direplikasi dan bisa diperjualbelikan. Singkatnya adalah NFT sebuah teknologi yang bisa mensertifikasi aset-aset digital kita sehingga punya semacam sertifikasi dan sertifikat tersebut bisa diperjualbelikan, bisa berpindah tangan (kepemilikan)," kata Budi dalam program d'Mentor, Rabu (24/11/2021).

Bagaimana cara menjual karya digital dengan NFT?

Budi menjelaskan setidaknya ada enam cara yang harus disiapkan jika ingin terjun ke dalam NFT. Pertama tentu menyiapkan karya digital untuk diunggah dan dijualbelikan.

ADVERTISEMENT

Karya tersebut bisa segala bentuk aset-aset digital seperti foto, karya seni ilustrasi, hasil karya painting, video, musik, desain, domain name, trading card, dan lain sebagainya. Di Indonesia sendiri karya digital yang paling populer adalah di bidang art.

"(Kedua) kita harus bikin wallet. Jadi kalau kita mau jual karya kita di marketplace (NFT) ini kita harus punya wallet crypto yang akan dipakai buat kita nyimpen atau mengoleksi dan sebagai wadah untuk mengakses karya kita," ujanya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Nantinya, akun wallet tersebut menjadi identitas pengguna NFT. Jika biasanya masuk Google menggunakan alamat email, maka ketika masuk ke marketplace NFT contohnya Open Sea atau objkt.com bisa menggunakan wallet address tersebut.

Ketiga, hal yang harus disiapkan adalah mengisi saldo (top up) dalam wallet. Saldo tersebut untuk membayar Gas Fee di market umum. Bagi yang belum tahu apa itu Gas Fee, Gas Fee adalah biaya yang harus dibayarkan setiap kali melakukan tanda tangan kontrak baru di dalam NFT pada sistem blockchain Ethereum.

Keempat melakukan minting atau menayangkan/mengunggah karya seni digital NFT ke dalam sistem blockchain. Kemudian kelima melakukan listing atau proses menjual karya seni di marketplace.

"(Cara listing) biasanya di awal kita sudah menentukan marketplace mana yang akan kita gunakan. Misalnya di Open Sea, kita buka kemudian kita upload (minting) setelah itu listing (dipasarkan) entah itu options, harga fix, atau sistem menawar (transaksinya)," paparnya.

Baca juga: Apa Itu NFT?

Terakhir atau keenam melakukan promosi karya digital baik di discord (aplikasi seperti media sosial) atau di komunitas-komunitas. "Jadi NFT harus dipromosikan, dan kalau kita sudah punya nama orang akan menunggu karya digital kita," tuturnya.

Budi juga berpesan bagi pemula, penting untuk mempelajari NFT untuk kemudian memposisikan diri sebagai artis (creator), investor, kolektor atau trader (orang yang membeli karya dan dijual lagi). Dia menyarankan, bagi yang berminat terhadap NFT dapat mengikuti komunitas-komunitas pegiat NFT.

"Kalau memilih jadi artis, teman-teman harus dikatakan ada orang-orang yang cepat laku tapi ada juga yang perlu waktu mencapai kesuksesannya di NFT. Saran saya adalah ikut komunitas dan mempelajari story orang lain, di situ bisa belajar menjadi NFT artis, kita bisa mendapat support yang banyak," pungkasnya.


Hide Ads