Banyak investor kripto yang berpendapat bahwa Bitcoin itu sebetulnya memiliki posisi yang setara dengan emas, namun dalam bentuk digital. Pendapat itu muncul lantaran fungsi Bitcoin dan emas yang sama-sama bisa digunakan untuk mengamankan aset.
Sejak dulu, investasi emas menjadi salah satu opsi agar nilai aset tidak terlalu turun, terutama ketika kondisi perekonomian menurun. Sekarang, banyak investor yang memilih Bitcoin untuk menyimpan aset mereka, agar tidak terpengaruh oleh inflasi atau pergolakan di pasar keuangan.
Fungsi ini bisa dibilang jadi salah satu faktor pendukung yang membuat investor Bitcoin Indonesia juga terus meningkat dari tahun ke tahun.
Namun, ada beberapa perbedaan yang paling mendasar antara emas dan Bitcoin. Selain dari bentuk, perbedaan Bitcoin dan emas terletak pada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai kedua instrumen investasi tersebut.
1. Tergantung pada Supply & Demand
Konsep supply & demand, atau ketersediaan dan permintaan, telah ada sejak lama dalam ilmu ekonomi. Konsep tersebut menjadi dasar untuk menentukan nilai barang dan aset, baik itu emas, properti, atau mata uang. Mata uang kripto seperti Bitcoin dan sebagainya juga menggunakan konsep ini.
Akan tetapi, Bitcoin tergolong sebagai aset yang spesial. Pasalnya, suplai atau ketersediaannya bersifat 'diprogram'. Artinya, kita bisa memprediksi berapa lama Bitcoin akan habis, berapa banyak sisanya, dan berapa banyak yang sudah beredar. Berbeda dengan emas yang tidak diketahui secara pasti ketahanan dan ketersediaannya di alam.
2. Jumlah Permintaan Bisa Dipengaruhi oleh Opini Tokoh Publik
Harga emas ditentukan oleh beberapa bank sentral, pemerintahan, dan pihak lain yang akan menghitung berapa nilainya, tergantung pada permintaan dan ketersediaan emas di pasar. Sebagai pembeli, kita tidak punya kuasa untuk mengontrol nilainya.
Sementara itu, harga Bitcoin maupun mata uang kripto lainnya ditentukan oleh sistem yang tidak terpusat. Nilai Bitcoin ditentukan oleh jumlah permintaan. Naik atau turunnya permintaan ini bisa dipengaruhi oleh banyak faktor.
Sebuah tweet dari tokoh berpengaruh yang bernada positif tentang kripto bisa membuat minat orang terhadap Bitcoin meningkat, lalu harganya ikut naik. Namun, saat ada regulasi dari sebuah pemerintahan yang membatasi transaksi jual-beli kripto, maka minat orang untuk membeli Bitcoin bisa saja berkurang, dan harganya pun ikut turun.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>
(akn/hns)