Orang tua dari Sam Bankman-Fried (SBF), eks CEO FTX diketahui membeli 19 properti senilai US$ 121 juta atau setara Rp 1,90 triliun (kurs Rp 15.684) di Bahama. Hal ini terjadi saat bursa aset kripto tersebut dilaporkan bangkrut.
Dilansir dari Reuters, Selasa (22/11/2022), sebagian besar properti yang dibeli itu adalah rumah mewah di tepi pantai, termasuk tujuh kondominium di komunitas resor mahal bernama Albany dengan biaya hampir US$ 72 juta.
Dalam sebuah dokumen properti menunjukkan, orang tua Bankman-Fried adalah profesor hukum Universitas Stanford Joseph Bankman dan Barbara Fried sebagai penandatangan. Menurut salah satu dokumen bertanggal 15 Juni, properti itu digunakan sebagai rumah liburan.
Saat ditanya mengapa pasangan itu memutuskan membeli rumah peristirahatan di Bahama dan bagaimana pembayarannya, juru bicara profesor itu hanya mengatakan bahwa ia dan istrinya telah mencoba mengembalikan properti itu ke FTX.
"Sejak sebelum proses kebangkrutan, Tuan Bankman dan Nyonya Fried telah berusaha mengembalikan akta tersebut ke perusahaan dan sedang menunggu instruksi lebih lanjut," kata juru bicara tersebut.
FTX yang mengajukan kebangkrutan awal bulan ini tidak menanggapi kabar ini. Begitu juga dengan Bankman-Fried yang memilih tidak mau komentar.
Bankman-Fried mengatakan bahwa dia tinggal di sebuah rumah bersama 9 rekan lainnya. Untuk karyawannya, katanya FTX menyediakan makanan gratis dan layanan mirip Uber in-house di sekitar pulau.
Sebelumnya diketahui, mantan CEO FTX, Sam Bankman-Fried (SBF) diduga menggunakan software khusus yang memungkinkannya untuk memindahkan dana dengan mudah tanpa diketahui pihak lain. Ada indikasi bahwa SBF melakukan penyalahgunaan penggunaan dana pelanggan yang telah terjadi cukup lama.
Padahal sebelumnya SBF dikenal sebagai miliarder yang murah hati dan sederhana. Cerita ini pun menambah ketidakpercayaan orang-orang akan investasi di kripto.
Runtuhnya FTX telah menyebabkan sekitar 1 juta kreditor menghadapi kerugian dengan total miliaran dolar. Reuters melaporkan bahwa Bankman-Fried diam-diam menggunakan US$ 10 miliar dana nasabah untuk menopang bisnis perdagangannya dan US$ 1 miliar dari simpanan tersebut sudah lenyap.
(aid/eds)