Badai PHK Tak Kunjung Usai Kala Unicorn RI Terus Bertambah

Badai PHK Tak Kunjung Usai Kala Unicorn RI Terus Bertambah

Ilyas Fadilah - detikFinance
Senin, 14 Agu 2023 18:45 WIB
Young startup businessmen teamwork brainstorming meeting to discuss the new project investment.
Ilustrasi bekerja di startup - Foto: Getty Images/iStockphoto/ijeab
Jakarta -

Indonesia sebentar lagi menginjak usia ke 78 tahun. Ada banyak yang terjadi di sektor digital misalnya, pertumbuhan jumlah startup yang pesat dan menjadi unicorn semakin banyak. Tapi ada banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi karena startup akan melakukan efisiens.

Belum lama ini startup agritech asal Bandung, eFishery mengantongi pendanaan seri D senilai US$ 108 juta pada Mei lalu. Valuasi eFishery kini berada di atas US$ 1 miliar dan menyandang status unicorn.

Dalam catatan detikcom, sejumlah perusahaan Indonesia berhasil menyabet gelar unicorn lebih dulu, misalnya Gojek dan Tokopedia. Keduanya kini merger menjadi GoTo dan sudah bergelar decacorn.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu ada nama Bukalapak, OVO, Traveloka, Blibli, Tiket.com, J&T Express, Xendit, Kopi Kenangan, Ajaib, Kredivo, Akulaku, hingga DANA yang juga berstatus unicorn.

Naiknya jumlah startup menjadi unicorn tak serta merta menghapus ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Terbaru PT Bukalapak.com Tbk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak kurang dari 5% karyawannya. PHK ini dilakukan pada Agustus 2023.

ADVERTISEMENT

Direktur/Corporate Secretary PT Bukalapak.com Tbk, Teddy Nuryanto Oetomo menerangkan PHK ini menjadi bagian dari evaluasi terhadap kinerja perusahaan. Adapun hasil evaluasi tersebut termasuk produk, teknologi, proses, dan kebutuhan sumber daya.

"Evaluasi terhadap kinerja kami agar dapat memenuhi kebutuhan para pengguna kami dengan lebih baik serta mengoptimisasi hal-hal operasional kami. Hasil dari evaluasi ini ditindaklanjuti dalam bentuk rencana perubahan di berbagai area, termasuk perubahan dari sisi produk, teknologi, proses, dan kebutuhan sumber daya," ujar Teddy dikutip dari Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (11/8/2023).

Sementara itu, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) melakukan efisiensi karyawan pada Maret tahun ini. Langkah efisiensi yang dilakukan berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 600 karyawan di sejumlah unit bisnis GOTO di tiga negara, yakni Indonesia, Singapura, dan Vietnam.

Langkah efisiensi ini diharapkan dapat mengoptimalisasi kinerja bisnis yang dijalankan GOTO saat ini. Hal ini dilakukan setelah perusahaan mengkaji sejumlah hal dalam unit bisnisnya yang bisa dioptimalisasi agar lebih efisien.

Mengutip keterangan resmi perusahaan, Jumat (10/3/23), setidaknya ada tiga ruang besar yang dilakukan efisiensi. Salah satu penyesuaian tersebut adalah pengkonsolidasian sejumlah bisnis dan tim dalam ekosistem GoTo, untuk menghadirkan organisasi yang lebih ramping serta lebih siap untuk menanggapi permintaan pasar.

Oktober tahun lalu, Xendit merumahkan karyawannya di Indonesia dan Filipina. sekitar 5% karyawan terkena dampaknya.

"Sekitar 5% dari tim kami di Indonesia dan Filipina," kata Tessa Wijaya, Chief Operating Officer (COO) Xendit dalam keterangan resminya, Selasa (4/10/2022)

Tessa menjelaskan pihaknya mencoba untuk menyiapkan rencana bisnis terbaik. Namun situasi makro ekonomi yang tidak menentu saat ini memaksa mereka untuk melakukan rightsizing struktur dan sumber daya tim.

Sebulan berselang, perusahaan investasi Ajaib Grup mengambil langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 67 karyawannya. Ketidakstabilan kondisi ekonomi global disebut-sebut sebagai alasan dibalik tindakannya ini.

Manajemen perusahaan mengatakan, langkah ini dilakukan perusahaan sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk terus beradaptasi agar Ajaib dapat berkembang secara berkelanjutan.

"Untuk memastikan kesiapan perusahaan menghadapi kondisi makroekonomi yang tidak menentu, kami terpaksa melakukan perampingan karyawan yang berdampak ke 67 karyawan," ungkap manajemen perusahaan, dalam keterangan tertulis, Selasa (29/11/2022).

Apa alasan startup melakukan PHK? Klik halaman selanjutnya:

Dalam catatan detikcom, kondisi perusahaan rintisan (startup) sedang dilanda 'badai' pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan. Kondisi ekonomi makro yang buruk hingga reorganisasi Sumber Daya Manusia (SDM) jadi alasannya.

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi mengatakan saat ini banyak startup kesulitan mencari pendanaan baru karena investor makin selektif dalam memilih startup.

"Saat ini pendanaan untuk startup kian sulit apalagi startup yang mengembangkan layanan yang sudah banyak diberikan seperti transportasi online, digital payment, edutech, e-commerce dan lainnya," kata Heru kepada detikcom, Minggu (29/5/2022).

Sementara, Pakar Bisnis Rhenald Kasali menepis jika PHK massal karena resesi. Sebab, jika resesi maka tidak ada uang yang mengalir. Hal itu ia sampaikan merespons PHK besar-besaran yang terjadi pada GoTo.

"Kalau resesi terjadi penurunan dan kemudian turun terus. Ternyata setelah mereka lakukan pemangkasan karyawan struktur gaji turun, cost turun, harga sahamnya naik. Berarti orang kembali beli saham berarti kan uang ada," katanya dalam Podcast Tolak Miskin detikcom.

"Jadi pasti itu bukan karena resesi, kalau resesi nggak ada uangnya dan orang menghindari itu semua," tambahnya. Dia menerangkan, pada laporan keuangan kuartal I 2022 GoTo beban gajinya mencapai Rp 3,5 triliun. Sementara, pendapatannya hanya sebesar Rp 1,49 triliun.

"Perusahaan mana yang bisa survive kalau gaya manajemennya kayak begini. Artinya itu kan salah urus. Kenapa anda biarkan merekrut orang-orang dengan gaya hidup Google atau Facebook," ujarnya.

Hal itu pun berlanjut hingga semester I 2022. Beban gaji GoTo tercatat sebesar Rp 7,4 triliun, sementara pendapatannya hanya Rp 3,4 triliun. "Berarti kan memang harus di-cutting cost karena beban biayanya terlalu besar," terangnya.


Hide Ads