Dalam catatan detikcom, kondisi perusahaan rintisan (startup) sedang dilanda 'badai' pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan. Kondisi ekonomi makro yang buruk hingga reorganisasi Sumber Daya Manusia (SDM) jadi alasannya.
Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi mengatakan saat ini banyak startup kesulitan mencari pendanaan baru karena investor makin selektif dalam memilih startup.
"Saat ini pendanaan untuk startup kian sulit apalagi startup yang mengembangkan layanan yang sudah banyak diberikan seperti transportasi online, digital payment, edutech, e-commerce dan lainnya," kata Heru kepada detikcom, Minggu (29/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, Pakar Bisnis Rhenald Kasali menepis jika PHK massal karena resesi. Sebab, jika resesi maka tidak ada uang yang mengalir. Hal itu ia sampaikan merespons PHK besar-besaran yang terjadi pada GoTo.
"Kalau resesi terjadi penurunan dan kemudian turun terus. Ternyata setelah mereka lakukan pemangkasan karyawan struktur gaji turun, cost turun, harga sahamnya naik. Berarti orang kembali beli saham berarti kan uang ada," katanya dalam Podcast Tolak Miskin detikcom.
"Jadi pasti itu bukan karena resesi, kalau resesi nggak ada uangnya dan orang menghindari itu semua," tambahnya. Dia menerangkan, pada laporan keuangan kuartal I 2022 GoTo beban gajinya mencapai Rp 3,5 triliun. Sementara, pendapatannya hanya sebesar Rp 1,49 triliun.
"Perusahaan mana yang bisa survive kalau gaya manajemennya kayak begini. Artinya itu kan salah urus. Kenapa anda biarkan merekrut orang-orang dengan gaya hidup Google atau Facebook," ujarnya.
Hal itu pun berlanjut hingga semester I 2022. Beban gaji GoTo tercatat sebesar Rp 7,4 triliun, sementara pendapatannya hanya Rp 3,4 triliun. "Berarti kan memang harus di-cutting cost karena beban biayanya terlalu besar," terangnya.
(ily/kil)