Mengintip Desa Sampah Elektronik

1. Kawasan ini begitu memperlihatkan runtuhnya barang-barang digital yang pernah diidamkan dan ramai digunakan sebelum perkembangan teknologi semakin pesat. Banyak masyarakat yang mengambil keuntungan dari pengolahan sampah ini. Kim Kyung-Hoon / Reuters

2. Dari AC untuk lemari es, Cina dilaporkan menjadi produsen terbesar kedua, setelah AS yang menyumbang limbah elektronik, menurut Asosiasi Industri Perlindungan Lingkungan Cina. Kim Kyung-Hoon / Reuters

3. Tampak seorang pekerja daur ulang berjalan melalui sampah yang berserakan. Kim Kyung-Hoon / Reuters

4. TIdak hanya masyarakat asli, para pekerja migran berkumpul di sini untuk menjadi pemulung sampah elektronik. Setelah barang elektronik diburu, beberapa perangkat yang masih bisa digunakan ddibongkar untuk kemudian dijual sebagai barang bekas yang bisa digunakan lagi. Kim Kyung-Hoon / Reuters

5. Tidak semua sampah elektronik dapat didaur ulang. Sampah daur ulang ini dijual secara kiloan. Kemudian untuk sampah daur ulang AC yang bisa dijual lebih mahal. Kim Kyung-Hoon / Reuters.

6. Tampak Seorang warga membongkar bangkai AC di tempat tumpukan sampah.
Kim Kyung-Hoon / Reuters.

7. Seiring dengan risiko penanganan sampah elektronik, penduduk Dongxiaokou hidup dengan infrastruktur dan fasilitas sanitasi yang buruk. Kim Kyung-Hoon / Reuters

8. Pengumpul sampah yang miskin, yang tidak mampu membeli bisnis daur ulang sendiri, berburu sisa-sisa daur ulang dari yang lain. Yaitu menggali tanah yang tercemar dengan tangan kosong untuk menemukan sisa-sisa terakhir dari logam hasil daur ulang yang kembali didaur ulang. Kim Kyung-Hoon / Reuters